06 Oktober 2009
namanya ADAM...
Aku kuliah di Semarang, dan adam kuliah di Surabaya. Kita tetep komunikasi, dan kalo lebaran kita masih sering ketemu. Tahun 2006, aku terakhir ketemu dengan Adam saat masih kondisi normal. (lho!!) iya, sekarang Adam memang sudah tidak normal lagi.
Ceritanya begini….
Suatu sore di tahun 2008, (aku sudah kerja di Pamulang) aku dapet telepon dari Solo. Dan ternyata dari ibu nya Adam. Aku kaget juga, tumben banget ibu nya Adam telphon aku. Alangkah kagetnya ketika dia menceritakan kalo Adam baru kecelakaan. Dan akibat kecelakaan itu mengharuskan dia merelakan satu kakinya sebatas lutut untuk di amputasi. (ooouuuhhhhhhh!!!) ibu Adam menceritakan, sejak kecelakaan itu, hidup Adam seperti sudah berakhir. Dia hanya di kamar aja, gak pernah mau komunikasi sama siapapun. Dengan kehilangan satu kakinya dia merasa hidupnya sudah tidak ada gunanya lagi. Ibu Adam memohon aku untuk datang ke rumahnya. Siapa tahu, aku bias membuatnya berubah.
Setelah menutup telpon, aku merenung. Aku inget banget saat-saat terakhir Adam telpon aku, menceritakan cewek barunya, yang dapet dari Chating. Kalo cerita Adam memang selalu meledak-ledak membuat yang mendengar juga ikut merasakan kebahagiaanya. Aku bisa membayangkan bagaimana perasaanya sekarang. Hobby Futsal nya yang baru aja dia jalani, tentu saja sudah tidak bisa dilakukan lagi. Aku juga sudah tidak bias ngajak dia naik gunung Merbabu lagi seperti jaman SMA dulu. Ohhh, Adam, knapa hal itu mesti terjadi padamu….(eh,gak kerasa air mataku menetes….)
Aku menangisi sahabatku yang sudah seperti saudaraku itu. ..
Malam itu aku nggak bisa tidur. Aku masih memikirkan keadaan Adam…
Tiba-tiba aku kepikiran, sebuah buku yang dulu pernah aku baca. Serial Balada Si Roy. Nggak tahu yang judulnya apa, di situ temen Roy kecelakaan yang harus kehilangan satu kaki nya. Dan dengan penuh semangat, Roy member motivasi pada temannya itu. Aku terbangun dan mulai memikirkan apa yang harus aku sampaikan kalo aku ketemu Adam.
Sewaktu ada libur 3 hari, aku sempetin datang ke Solo. Dengan naik bis dari terminal Lebak bulus, aku menuju ke kota yang dulu waktu SMA sempet akrab dengaku. Sekarang terasa jauh lagi….
Sampe di solo masih pagi banget. Jam 5. Aku langsung saja menuju rumah Adam di daerah Colomadu. Sampe di rumah Adam, keadaan masih gelap. Tapi ada ibu nya sedang dudk di halaman. Aku langsung menyapa dia. Dengan senyum tulus nya, ibu Adam menyambutku, dan mempersilahkan aku masuk.ibunya kembali menceritakan apa yang sedang terjadi dengan anak semata wayang nya. Aku kembali sedih. Aku juga jadi ragu, apakah kata-kata yang udah ku persiapkan dari rumah nanti bisa aku sampaikan ke Adam? Ibu Adam mempersilahkan aku untuk langsung masuk ke kamarnya.
Aku ketuk pintu kamar Adam. Setelah beberapa kali ketukan, baru di buka dari dalam. Aku liat adam berjalan menggunakan penyangga tubuh (kruk-Red). Begitu di buka pintunya, dia tersenyum yang amat sangat di paksakan. Aku jadi bingung musti mengawali dari mana. Aku pun masuk ke kamar itu….
Adam sangat berbeda. Sekarang jadi kurus. Rambutnya gondrong acak-acakan. Jambang dan kumisnya juga tumbuh gak beraturan. Sebenarnya jadi kelihatan cowok banget sih muka nya, tapi tatapan matanya adalah tatapan putus asa.
“hoi…..diem aja….lagi kenapa?” tanyaku agak keras suaranya…
“lho, kaki kamu kemana? Kaki bagus-bagus kok di potong? “ kataku lagi. Dia langsung menatap tajam padaku seakan-akan mau menelan aku mentah-mentah. Aku memang sedang memancing emosinya. Tapi dia kembali terdiam duduk di ranjang.
Aku mulai bicara lagi “ ngapain di kamar terus, jalan-jalan ke luar yuk. Aku pengen jalan-jalan muter-muter Solo nih. Anterin ya”..
Adam masih diem tanpa reaksi apa-apa. Aku mulai menceritakan perjalananku tadi. Aku certain aku dapet kenalan cewek di bis. Tapi dia tetep aja diem. Biasanya Adam akan sangat antusias kalo udah mebicarakan cewek. Aku mulai gundah. Aku pun bicara agak keras, “kamu kenapa sih diem aja? Dah gak mau temenan ama aku? emang Cuma karna ilang kaki nya, trus ilang juga temen-temennya?” aku tunggu reaksinya. Adam kembali menatapku tajam.
“kamu berubah hanya karena kehilangan satu kaki itu? Mana Adam yang dulu?” aku menarik nafas untuk segera membombardir dia dengan kata-kata motifasi yang udah aku persiapkan dari Pamulang.
“dulu waktu aku crita ke kamu, kalo aku punya bekas luka di tangan kiri yang sangat jelek. Hal itu selalu bikin aku minder untuk mendekati cewek. Kan kamu yang ngasih motivasi. Kamu yang bikin aku jadi pe de aja walau punya bekas luka yang mengerikan. Karna menurut kamu cewek ternyata tidak hanya melulu mikirin soal fisik.”
Aku diem liat reaksinya. Dia hanya menatapku.akupun semakin menggebu-gebu.
“oke, ini kasusnya beda. Kamu kehilangan kaki. Tapi kamu masih punya tangan kan? Wajahmu masih ganteng. Kamu masih bisa gombalin cewek-cewek di chating. Kalo pake Web Cam, kan kaki kamu gak kelihatan. Kamu tahu kan, penulis idolaku “gola gong”. Dia cacat juga. Hanya punya satu tangan, tapi dia bisa nulis buku dan terkenal. Dia juga punya istri yang cantik. Karna dia menganggap, dia masih normal, dan menurut dia cuma kehilangan beberapa kilogram daging aja. Dia juga juara bulutangkis orang cacat. Bukan mau kamu kan cacat seperti itu kan? Semua orang juga tidak mau cacat. Tapi Allah mau. Allah yang sudah membuat kamu cacat seperti itu, maka Allah pasti akan tanggung jawab atas itu. Kata ibu kamu juga sudah tidak berangkat kerja lagi. Padahal kerja kamu kan Cuma di depan computer biikin desain. Emang ngoprasiin Adobe Illustrator, Corel Draw, Photoshop musti pake kaki?”
Adam nunduk. Aku tinggal mengeluarkan jurus pamungkas nya.
“Dam, aku Tanya, tolong di jawab.” Aku pegang pundaknya. Dia ngangguk pelan.
“Alat kelaminmu masih berfungsi normal kan?” tanyaku tanpa basa-basi.
Mata Adam melotot. Aku udah bisa menebak apa yang ada di hatinya. Di hatinya pasti dia bilang “Enak aja, walo gini-gini aku masih bisa GRENG!!!”
“denger mas Adam yang Ganteng…wanita itu mau “itu” kamu. Bukan kaki kamu. Lagian kalo kamu pake kaki palsu, pake celana panjang, mana ada yang tahu kalo kamu gak punya kaki? Udah lah, umur kamu baru 27. Masih panjang untuk mencapai paling tidak untuk sama dengan umur Nabi Muhammad. Dah nggak ada gunanya juga cuma diem di kamar. Kamu musti tunjukin ke temen-temen kamu, mantan-mantan kamu yang banyak itu, kalo kamu walopun kehilangan kaki, kamu masih tetep seperti dulu. Merasa sebagai “mahluk Tuhan paling ganteng”. Kalo aku kan “mahluk Tuhan paling manis” he he he”
Aku keluar kamar meninggalkan dia sendirian. Aku ambil tasku dan menuju kamar tamu yang udah di sediain. Aku pun tertidur…
Gak tahu berapa lama aku tertidur, tahu-tahu di bangunin ama Adam.
“Lut, kita ke Manahan yuk, nongkrong”
aku masih bingung karna nyawaku belum terkumpul semuanya. Aku juga masih ragu-ragu, antara ini mimpi atau nyata. Tapi setelah aku buka mata lebar-lebar, di depanku Adam pake baju flanel andalanya, pake jeans siap ngajak aku jalan-jalan. Akupun segera ambil handuk dan beranjak ke kamar mandi.
Seminggu setelah itu berlalu, ketika aku lagi kerja, tiba-tiba HP ku berdering. Aku liat ternyata Ibunya Adam telpon. Aku angkat telpon. Dan ibu Adam Cuma bicara singkat
“makasih Lut, kamu udah mengembalikan Adam seperti semula”
Aku jawab dalam hati. Bukan aku, tapi Allah yeng telah mengembalikan Adam. Aku tersenyum seneng. Makasih Gola Gong, buku Balada Si Roy-mu menginspirasiku....
adi.darwies@gmail.com
disaat harus memilih
Kita memang harus memilih salah satu dari pilihan itu. Dengan segala resiko dan akibat yang disebabkan dari pilihan yang kita pilih. Begitu juga dalam hal cinta. (cieee....mulai deh, curhat colongan...!!) kadang kita dihadapkan dalam satu pilihan yang sulit. Sulit banget malah. Dan apabila kita memilih salah satu nya, tentu akan ada akibat dari itu semua. Sakit hati yang jelas. Hmm.... seperti pengalamanku dulu, waktu aku duduk di kelas 2 SMA. Tapi dulu namanya SMU (sekolah menengah Uatas, he he he). Dan waktu itu aku sekolah di SMU Negeri 1 Boyolali.
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang cewek, dalam sebuah acara kepramukaan. (he he he, keliatan kan kalo aku dulu aktipis pramuka. Sifatku kan mencerminkan Dasa Dharma Pramuka bangeeeet!!) Namanya Irma. Lengkapnya Irma Khusnawati. Sesuai dengan namanya, Irma = Ireng Manis... he he he. Anaknya manis, dan tomboy. Gak tahu kenapa dari dulu aku sangat suka cewek-cewek tomboy. Dia sekolah di SMK (SMEA), dan baru kelas 1. dari perkenalan itu aku bisa ngambil kesimpulan kalo aku suka sama dia. Dan dengan sedikit GR nya, aku juga tahu kalo dia juga sama aku.
Mulailah hari-hariku dipenuhin dengan kegiatan PDKT ke Irma. Agenda harianya yaitu pulang sekolah aku selalu sempetin mampir ke rumahnya hanya untuk melihat matanya yang indah dan memberikan senyum termanisku... he he he. Sumpah waktu SMU aku manis banget!!! Ha ha ha..jangan sirik!!!
Sebulan berjalan, dan sepertinya lancar-lancar saja, maka aku pun naik ke level 2. saatnya penembakan. Aku pengen menjadikan dia sebagai Pacarku. Dengan penuh percaya diri, aku nyatakan segenap perasaanku ke Irma. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara? Ternyata dengan berat hati, dia menolakku. (ooouuuuhhhhhhh!!!!!!)
Irma menolakku karena ternyata selama ini dia sudah mempunyai seorang kekasih. Aku pun terdiam. Di hatiku tetap yakin kalo sebenarnya Irma juga suka aku. Irma juga Sayang aku, dan Irma juga cinta aku. cieee...... Irma pun akhirnya mengakuinya. Irma mengakui kalo sebenarnya dia juga suka & sayang sama aku. Tetapi dia tidak mungkin memutus pacarnya begitu saja tanpa alasan. Hal itu yang membuat aku memberanikan diri untuk mengatakan, ”Aku tunggu sampai kamu putus”. Tapi Irma tidak berani menjanjikanya. Dia hanya minta waktu untuk menyelesaikan hubungannya dengan kekasihnya. Dan aku akan menunggu......
Detik berganti menit,menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan seterusnya....sampai 5 bulan aku menunggu, Irma belum juga putus dengan kekasihnya. Sementara aku disini tetap saja resah dan gelisah. Mulai muncul perasaan bosan, jenuh dan lain sebagainya. Intensitas datang ke rumahnya pun sudah jauh berkurang. Aku mulai melupakannya.....
Sampai suatu hari, aku dekat dengan seorang adik kelasku. Sebut saja namanya Sri. (hmm..jawa banget!!) anaknya tak kalah manis dengan Irma. Matanya lebih indah. Walau dia tidak tomboy, tapi aku mulai menyukainya. Inilah awal kesalahanku. Aku mulai mendekatinya, dan menunjukkan ketertarikanku pada Sri. Dan Sri pun menanggapinya dengan asik. Akupun terhanyut. Dan Irma pun terlupa. Hingga hari-hariku sekarang di isi oleh kehadiran Sri.
Sebulan PDKT sama Sri, membuat aku tidak nyaman. Aku ingin segera menyatakan cinta padanya. Maka pada hari yang sudah di tentukan, di suatu siang yang lumayan terik sepulang sekolah, aku nyatakan perasaanku kepada Sri. Dan seperti kebiasaan para ABG, dia pun minta waktu sehari untuk memikirkanya. Walaupun aku juga sudah tahu sebenernya jawaban yang akan di berikan, mungkin menurut para wanita supaya tidak terkesan ”murahan”....
Kesalahanku, aku tidak memikirkan kalo ternyata Irma masih memegang janjiku padanya yang, ”Aku akan menunggu sampai dia putus”. Lamanya proses putus itu, membuat aku jenuh dan berpaling pada Sri. Dan sekarang aku baru sadar, bahwa cinta butuh kesabaran. Catat itu kawan.....
Di saat aku sedang nunggu jawaban dari Sri, siang itu juga aku dapat surat dari Irma yang di titipin melalui seorang kurir. Klasik banget memang, masih surat-suratan. Maklumlah tahun 1997 belum ada Handphone buat SMS. Surat itu aku buka di jalan waktu aku naik angkot. Lihat amplop surat nya saja aku sudah tidak karuan rasanya. Betul juga, setelah aku buka, melalui surat itu, Irma memberi tahukan padaku bahwa dia sudah putus dengan pacarnya, dan siap menjalin hubungan denganku. Aku bengong.....nggak tahu sama sekali apa yang harus aku lakukan. Semua diluar perkiraanku. Wajah manis Sri tiba-tiba berubah jadi serem dalam bayanganku. Sampai turun dari angkot aku masih bingung mikirin antara Irma dan Sri.
Di rumah, seperti tertimbun beban ribuan kilogram, aku bingung sekali. Seperti yang aku katakan di awal tulisan, inilah Pilihan dalam cinta. Dimana aku harus menentukan pilihan, dan dimana aku mau tidak mau harus menyakiti salah satu diantara gadis manis itu. Aku tidak mau melukai irma yang udah berkorban mutusin cowoknya demi aku. dan aku tidak mau nyakitin Sri yang mungkin besok dia akan menerima cintaku. Mungkin hanya aku orangnya, yang berharap ditolak cintanya. Aku berdoa semoga Sri menolak cintaku. Tapi itu tidak mungkin. Malam itu aku tak bisa memejamkan mata... sampai pagi menjelang, akhirnya aku putuskan sesuatu.
Di sekolahan, akupun males-malesan mengikuti pelajaran. Aku ingin segera pulang dan mengatakan hal yang berat ini kepada Sri. Dan akhirnya bel pulangpun berbunyi. Aku segera menemui Sri yang ternyata sedang nongkrong bareng temen-temen ceweknya. Aku segera mengajaknya untuk bicara. Tapi dia minta makan-makan dulu ama temen-temenya. Katanya merayakan hari jadian kita. Akupun tambah gusar.....dan aku bersama Sri dan temen-temennya akhirnya menuju warung Gado-gado untuk merayakan hari jadian aku dan Sri. Tapi mungkin nanti akan jadi hari Bubaran kita... (ooohhhhhhhh!!!)
Akhirnya waktu ngobrol buat kita berdua pun datang juga setelah teman-teman ceweknya pulang ke rumah masing-masing. Dengan segenap kekuatan hati, aku ungkapkan apa adanya ke Sri, kalo sebenarnya waktu aku nembak dia, aku sedang nunggu jawaban cinta dari seseorang. Dan ternyata di terimanya. Surat dari Irma aku tunjukin ke dia. Aku bingung mau berbuat apa lagi. Kemudian dengan perlahan aku bilang kepada Sri::
”Maaf Sri, Aku tetap memilih dia.........”
Sri memandangku tidak percaya dengan air mata yang siap tumpah membanjiri warung gado-gado itu. Saat itu aku merasa menjadi orang paling Jahat sedunia....ingin aku teriakkan :
”Bunuh Saja Aku!!!!!!!!”
lebaran tahun ini....
Hari Sabtu, tanggal 19 September 2009, jam 17.30, ibu masih aja sibuk nyiapin makanan untuk buka puasa. Kami hanya bertiga saat itu. Hanya aku, ibuku dan bapakku. Jadi sepi banget. Pembantuku udah pulang kampung.(emang rumahku bukan kampung ya?). trus kakak-kakakku pada lebaran di Rumah Mertua masing-masing. Keluargaku emang punya budaya, lebaran di rumah sini dua tahun sekali. Jadi tahun depan baru di penuhi oleh ponakan-ponakan. Sementara tahun ni aku Cuma sendirian nungguin bapak dan ibuku. Mudah-mudahan tahun depan udah ada yang nemenin satu lagi. He he he Amiin!!
Dari dapur, ibu masih aja nggrundel, “Badane kapan jane?? Bingung arep masak kupat saiki apa ngesuk bengi”. Tahu artinya nggak? Artinya gini ”Lebarane kapan sih? Bungung mau masak ketupat sekarang apa besok malem ajah”. Hal itu karena ternyata sampai maghrib berkumandang Pemerintah belum selesai sidang untk menentukan tanggal 1 Syawal. Kasihan ibuku, bingung hanya gara-gara kapan musti masak ketupat nya.
Setelah sholat Maghrib di Mushola, anak-anak kecil sekitar rumahku sudah pada kumpul dan ribut dengan kentongan dan lampu Obor nya, bersiap-siap untuk Takbir Keliling. Tapi skali lagi, sampai jam setengah tujuh, keputusan itu belum muncul juga. Tangan anak-anak kecil itu udah pada gatel pingin mukulin kenthongannya, ibuku juga udah gatel pengen masukin ketupat ke dalam panci.....
Dan akhirnya sekitar jam 18.45, atau jam 7 kurang dikit, pemerintah baru ketuk palu kalo Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1430 H jatuh pada tanggal 20 September 2009. Alhamdulillah. Aku lega, bapakku lega, apalagi ibuku... senyum manisnya terkembang dari bibirnya sambil masuk-masukin ketupat satu demi satu ke dalam panci. Kemudian dari Mushola dekat rumah sayub-sayub terdengar suara Takbir dan Takhmid berkumandang saling bersahutan. Meriah sekali. Dan aku terharu seperti lebaran-lebaran sebelumnya. Hal itulah yang aku nganggep lebaran tahun ini lebih berkesan dari lebaran sebelum-sebelumnya.
Ada lagi yang membuat lebaran tahun ini lebih asik dai lebaran tahun lalu. Lebaran tahun ini adalah lebaran Fesbuk. (Facebook). Kenapa aku sebut demikian, karena lebaran tahun ini pas Fesbuk lagi heboh-hebohnya. Kayaknya hari gini kalo gak kenal fesbuk tuh ketinggalan banget. Dan aku juga gak tahu, kenapa aku juga ikut terbawa dalam arus itu. Tapi gak papa juga sih, abis emang asik sih. Sampai-sampai menunda sholat gara-gara FB, males tarawih karena tanggung lagi chating, dll. Kita, eh maksudnya aku lebih banyak buka Fesbuk daripada buka Al Quran. Astaghfirullah.... Maafkan mambaMu ini ya Allah....
Tapi ada hal lain yang aku patut bersyukur dengan adanya Fesbuk. Ternyata Fesbuk itu bener-bener bisa menyambung tali silaturahmi dengan temen-temen lama. Dari Fesbuk lah aku bisa kembali berkomunikasi dengan teman-teman waktu SMP, SMA, dan waktu kuliah. Bahkan aku dapet pacar juga...he he he....
Gara-gara Fesbuk juga, akhirnya aku bisa bertemu kembali dengan temen-temen waktu SMP dalam sebuah acara Kumpul bareng (reuni) di rumah Melly (tanpa guslaw). Lumayan banyak yang datang. Semua kebanyakan masih seperti yang dulu. Yang dulu kalem dan manis (kayak aku) masih tetep aja kalem, tapi aku jadi tambah manis. Ha ha ha... yang lain juga tetep tambah keren-keren. Banyak juga yang udah jadi orang, (dulu kan masih anak-anak). Pokoknya acara itu heboh deh. Jadi rugi banget kalo gak dateng. Setelah acara kumpul-kumpul di rumah Melly, acara di lanjut makan-makan di saung Bu Mansur. Wow, tambah heboh aja, karena Yoni, Zen, Gunawan, Husen dll tak henti-hentinya bikin kami tertawa....ha ha ha
Yang jelas, lebaran tahun ini makin tambah berkesan karena kalau lebaran tahun lalu aku masih Jomblo, tapi tahun ini aku sudah punya kekasih yang sebentar lagi akan aku ajak menikah.... Amiin... ai lof yu ful.....
Lebaran tahun ini lebih berkesan dari lebaran-lebaran sebelumnya.....
(setidaknya buatku)
*adi.darwies@gmail.com*
31 Juli 2009
belajar dari penjual es teh
Seorang laki-laki tengah duduk sendirian di pojok alun-alun kota Purwokerto yang nyaman. Di tangannya sebuah buku kecil, dan dia tampak sedang asik menikmati isinya. Rambutnya hitam agak pendek. Berkacamata minus, dan kalo tersenyum manis. Manis banget malah.... Udah bisa di tebak, siapa lagi orang manis itu kalo bukan Lulut Yekti Adi. Nick name nya Adi Darwies. Ya itu aku sendiri.he he he(Manis temenan mbok???)
Sore itu aku emang males banget untuk langsung pulang kost ataupun seperti hari-hari biasanya, nongkrong di warnet. Sore itu adem. Gak begitu panas dan tidak juga mendung. Jadi aku pengen banget melewatkan sore ini dengan duduk-duduk di Alun-alun. Walaupun Cuma sendirian. Aku emang Jomblo manis...he he he(iklan-Red). Seperti biasa, alun-alun kota purwokerto kalo sore hari cerah seperti ini mendadak jadi Playgroup & TK terluas di dunia. Alias jadi tempat momong. Ada bapak yang lagi ”momong” anaknya, ibu yang lagi ”momong” bapaknya, ada anak yang lagi ”momong” neneknya, dan ada nenek yang lagi momong selingkuhanya. (lho!!)
Aku suka banget mengamati kegiatan mereka semua yang ada di alun-alun. Di sudut utara, bawah pohon beringin ada seorang pemuda yang tengah susah payah merayu gebetanya. Si cewek tampak cuek aja, walo aku juga tahu, cewek nya sebenernya juga mau. Cuma entah kenapa semua cewek musti berlagak jual mahal??. Ada anak-anak SMA yang bergerombol sambil nyanyi-nyanyi dengan fals nya. Ada juga anak SMA yang nyamar jadi anak kuliahan. Biar dapet cewek kuliahan maksudnya. Hal itu mengingatkanku pada seorang teman. Dulu waktu masih SMA aku punya teman yang suka banget bergaya ala Mahasiswa. Jadi kalo pulang sekolah, dia suka ganti kaos dan celana jeans, biar kalo di jalan orang-orang ngeliatnya dia adalan anak kuliahan. Terobsesi sekali dia jadi seorang mahasiswa, tapi apa daya umur belum nyampe. Namanya Tono. Suatu hari Tono pengen mengunjungi kakaknya yang seorang mahasiswa di UNS (Universitas Neng Solo). Dari Boyolali, diapun naek bis. Seperti biasa, dia pun bergaya ala mahasiswa. Kaos berkerah, celana jins dan sepatu kets.
Tono duduk di kursi tengah yang sebelahnya kosong. Eh sesampainya di daerah Pabelan,depan Kampus UMS (Universitas Meh Solo)he he he, tiba-tiba ada cewek cantik duduk di sebelahnya. Tono langsung deg-gean. Di liriknya cewek itu. ”ohhh...mahasiswi yang cantik” pikirnya. Dia pun segera mengatur strategi untuk berkenalan. Seperti biasa, untuk membuka pembicaraan, Tono pura-pura menanyakan ”jam berapa sekarang” (klasik banget...). tapi kebetulan ceweknya itu type yang gaul, akhirnya pun mereka ngobrol. Cewek itu ternyata mahasiswi UMS. Dan Tono pun mengaku mahasiswa UNS. Semua informasi dari kakaknya tentang perkuliahan, Tono memang menguasai. Dari mulai jurusannya, fakultasnya, tempat kost nya dia tahu. Itu lebih meyakinkan cewek itu kalo Tono memang seorang Mahasiswa. Sampai suatu saat di tengah obrolan, cewek itu bertanya ” Semester kemaren IP nya berapa??”. nah loh, Tono terdiam. Dia pernah dengar tentang IP,tahu kalo IP itu seperti nilai. Tapi dia gak paham IP itu apa. Tono jadi berpikir, mungkin IP sama aja rata-rata dalam nilai rapot nya. Dia berpikir kalo bilang IP nya 8, tar di kira kepinteran, tapi kalo bilang IP nya 6, dia gengsi dong. Maka dia jawab aja kalo IP nya 7. dan si cewekpun memandangnya dengan aneh....Tono bingung dan wajahnyapun memerah (DZIGG!!!)
Di sini, di alun-alun ini aku masih sendiri. Merenungi hari-hari sepi, aku tanpamu...he he he(malah nyanyi). Aku masih baca buku Novel berjudul Test Pack yang aku pinjem dari temenku. Dan aku juga masih mengamati orang-orang di sekitarku. Aku lihat seorang penjual Es Teh mendatangiku. Dia masih remaja. Berumur sekitar 12 tahun. Karena haus, akupun beli es teh itu. Sambil tersenyum, dia kasih Es Teh nya ke aku, dan aku kasih 2 lembar ribuan ke dia. Tiba-tiba dia bilang ”kebanyakan itu mas, seribu saja”. Dan aku pun tersentak kaget, aku terima kembali ribuan itu, penjual Es itupun berlalu.
Aku kaget karena di jaman sulit seperti ini, masih ada anak se jujur dia. Masih ada anak yang menolak rejeki yang bukan hak nya. Hal itu yang benar-benar membuat aku jadi malu pada diriku sendiri. Aku malu karena aku kurang bersyukur. Kadang kita selalu merasa kurang dengan apa yang udah kita dapet. Bahkan kadang tanpa malu kita meminta rejeki yang bukan hak kita. Kita selalu ngerasa gaji kita terlalu kecil, tapi kita tidak pernah melihat dan berkaca pada orang-orang yang jauh di bawah kita.
Suatu sore di sudut kota Purwokerto,...
Seorang Lulut Yekti Adi belajar hidup dari seorang penjual es teh....
21 Juli 2009
Penyakitku…
Menurut buku yang pernah aku baca, lupa sendiri adalah penyakit yang secara fisiknya adalah “kerusakan saraf-saraf otak yang berfungsi sebagai penyimpan data”. Bisa di ibaratkan, kalo Hard disc sebuah komputer sudah agak terganggu maka waktu kita memanggil program atau data akan lama. Aku juga pernah baca, entah bener atau tidak, kalo lupa itu sendiri disebabkan kita sering berbuat dosa. Terutama sering bohong. Nah loh.....dari situ aku jadi sadar, mungkin karna dosa ku yang sudah segunung, makanya aku jadi pelupa...hmmm...semoga Allah masih mau mengampuni. Amiin.... Tapi bener juga sih, kalo sering berbuat dosa dan sering bohong emang jadi pelupa dan cenderung tidak pinter. (mo ngomong goblok ga enak ajah). Itu terbukti kalo para Hafidz (penghapal Al-Quran) itu lebih sedikit bohong dan dosa nya, jadi mereka lebih mudah mengingat semuanya. Tapi semua hanya Allah yang tahu.
Cerita tentang Lupa, banyak sekali yang bikin aku senyum-senyum sendiri kalo mengingatnya. Kejadianya baru tadi pagi. Seperti biasa, tiap Minggu aku pulang ke kampung halamanku tercinta. Banjarnegara. Kebetulan kemaren baru saja long weekend. Minggu dan Senin libur. Pagi tadi aku bangun jam 04.30. Setelah sholat Subuh, cuci muka dan gosok gigi, aku pun nyiapin tas ku. Setelah aku rasa siap semua, dan tak lupa minum susu cokelat buatan Ibu ku, akupun mengeluarkan motor ”soulmate” ku. Sambil berpamitan ke ibu dan bapak, ibu tanya, ”Masih ada yang ketinggalan nggak? HP? Chas? Jam tangan? Celana dalam?” . aku diam dan mengingat semuanya. Aku rasa udah semuanya. Setelah aku cium tangan Ibu & Bapakku, akupun mulai meninggalkan mereka menuju Purwokerto. Pagi itu dingin. Dingin banget malah. Tapi demi tugas dan kewajiban, aku brangkat tepat jam 05.00. setelah jalan kira-kira 5 menit, sampai di depan pom bensin, aku baru ngerasa ada keanehan. Pandanganku gak jelas. Dan ternyata ”Masya Allah...” kaca mataku ketinggalan.he he he, akupun balik lagi ke rumah buat ngambil kaca mata.
Aneh ya, kacamata yang sangat krusial aja bisa lupa. Aku pernah berpikir kalo anggota tubuhku tidak ”built in” atau misalkan anggota tubuhku bisa di copotin kayaknya tiap hari ada aja anggota tubuhku yang ketinggalan. He he he, bayangin aja, misalkan ”perabot laki-laki” ku ketinggalan di Banjarnegara, padahal aku dah sampai di Purwokerto, pas mau pipis baru ketahuan. Ha ha ha....eh pas aku ambil ke Banjarnegara, ternyata udah lagi buat mainan kucing.....
Udah lebih dari 5 buah flash disc ku ilang di warnet dan 3 buah handphone ketinggalan di mana-mana. Semua akibat kecerobohanku dan penyakit lupa ku. Tapi ada untungnya juga, kalo aku punya masalah yang berat, aku akan dengan mudah melupakannya....atau kalo di tagih hutang, bilang aja aku lupa.. he he he
Oh iya, Ada satu cerita lagi. Tapi aku lupa ceritanya..he he he
17 Juli 2009
sebuah renungan (dari blog seorang teman)
Si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.
Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelah juga?".
Si bapak tua menjawab, "Supaya siapa pun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya".
05 Juli 2009
antara tangis dan tawa
Aku tidak ingin membahas masalah Wiro Sableng itu.di sini. Aku pengen bicara masalah duka dan suka adalah satu bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan. Bahagia dan sedih sangat tipis batasnya. Kadang sekarang kita tertawa terbahak-bahak, tapi sedetik kemudian kita menangis tersedu-sedu. Itulah sebabnya Rosullullah SAW mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam mengekspresikan baik itu suka maupun duka. Kita juga diajarkan untuk selalu ikhlas, karna Duka yang kita terima belum tentu itu buruk buat kita. Semua hal yang terjadi di dunia ini tidak ada satupun yang kebetulan. Semua sudah ada yang mengatur dengan amat sangat sempurna. Jadi, semua yang terjadi, kita harus Ikhlas dan bisa bersyukur, karena bisa saja kesedihan, dalam waktu singkat berubah jadi kebahagiaan. Seperti ceritaku ini....
Aku lahir dari keluarga yang sederhana. Sederhana banget malah. Hidup jauh dari peradaban kota, di desa yang permai nan damai. Bapakku hanya seorang Rektor di Sekolah Dasar, (he he he) dan ibuku juga Dosen Sekolah Dasar. Mereka berdua type orang-orang pengabdi sejati pada negara. Bahkan ketika aku SD, aku tahu bapakku dengan gaji yang cuma ratusan ribu, tapi tetep semangat dalam mengajar murid-muridnya.
Seperti anak desa lainya, mainanku waktu SD juga sederhana. Gak ada Play Station, gak ada Video Game, gak ada game online. Adanya cuma main di pinggir kali, di sawah-sawah nyari belut, engklek, egrang, layangan dll. (he he he kampungan banget ya??)
Dulu kegiatanku sepulang sekolah SD (waktu aku sekitar kelas 4) adalah “ngarit”. Atau bahasa Indonesianya itu nyari rumput buat makan ternak. Waktu itu aku punya 4 ekor kambing. 1 cowok dan 3 cewek. Yang cowok amat gagah. Kalo berbentuk manusia, bisa di ibaratkan dengan Tora Sudiro. Dengan jenggotnya yang keren, dan badanya yang tegap. Yang cewek juga cantik-cantik. Mieke Amalia aja lewat. Ha ha ha.
Kambing yang jantan, si Tora Sudiro itu punya napsu sex yang kelewat besar untuk ukuran seekor kambing. Awalnya kambing bapakku cuma dua. Si Tora ama ceweknya yang satu itu. Dari perkawinannya, lahirlah 2 anak cewek. Tapi setelah besar, si dua anak itu dikawin juga. Buset dah.!! Gak bisa aku bayangin. Untung di dunia kambing gak ada Komnas HAK (Hak Asasi Kambing).
Suatu hari, Kambing yang cewek hamil akibat perbuatan Ayahnya (si Tora itu) itu. Aku seneng banget demi melihat kambingku hamil. Setelah beberapa bulan, di pagi-pagi buta dari gua hantu (lho!!) kambing itu melahirkan juga. Dan cewek lagi anaknya. Aku seneng banget. Anaknya berwarna hitam pekat. Kayak aku. he he he, Cuma kalo aku itu hitam manies!!. Dan anak kambing itu aku beri nama Mei. Karna lahirnya bulan Mei.
Hari-hariku jadi lebih menyenangkan karna ada Mei. Kalo pulang sekolah, aku ajak Mei jalan-jalan ke kebun. Sambil aku nyari rumput buat kambing-kambing yang lain, Mei dengan setianya nungguin aku. Dia suka banget lari-lari berjingkrak-jingkrak kesana kemari.
Aku punya tetangga yang juga punya kambing kecil seusia Mei. Namanya Anto. (itu nama orangnya, bukan nama kambingnya). Dan nama kambingnya bernama Marcell. He he he, gak ding. Tapi anggep aja gitu. Anto juga suka banget ngajak Marcell jalan-jalan.
Suatu siang, sepulang sekolah, aku dan Anto ketemu di jalan dan menceritakan kehebatan kambing kita masing-masing. Saking serunya kita berdebat hingga kitapun hampir berantem. Tapi gak jadi berantem karna akhirnya kita buat kesepakatan. Besok siang, kita berdua akan menandingkan antara Mei dan Marcell. Lomba lari, itulah yang kita pilih. Sebagai Alat taruhan adalah kelereng. Anto punya Kelereng sebanyak 1 toples. Dan apabila Mei bisa ngalahin Marcell, maka Kelereng itu jadi milikku. Wow keren.
Sesampainya di rumah, tanpa ganti baju, aku ke kandang. Aku liat Mei lagi asyik becanda ama papanya. Tora Sudiro.ha ha ha. Kayaknya sih lagi maen tebak-tebakan. Begini tebakanya :” Daun apa yang bolong tengahnya??” tanya Mei pada bokapnya. Bokapnya diem mikir. Trus geleng-gelang kepala. Mei pun tersenyum sombong, dan memberi tahu jawabanya, ” DAUNat”, he he he. Karena merasa menang, Mei pun melemparkan tebakan lanjutan : ” Trus kalo Sofa yang bolong tengahnya apa yah?”. Ayahnya kembali geleng-geleng kepala gak ngerti. Si Mei semakin sombong lagi, dengan bangganya dia menjawab, ”SOFAsti Donat lah”. Ayahnya bengong. Tapi Mei malah melontarkan tebakan lagi, ” kalo Katak yang bolong tengahnya apa yah?”. Ayahnya yang emang bego, cuma bisa bengong dan geleng-geleng kepala. ”Jawabannya, KATAKan sekali lagi DONAT!!” Seakan tak mau kecolongan, Mei ngasih pertanyaan pamungkasnya, ”Orang apa yang bolong tengahnya?” Tanpa memberi kesempatan ayahnya berpikir, Mei langsung bilang, ”ORANG dibilang donat, juga!!”. Setelah itu dia ngeloyor pergi sambil tertawa penuh kemenangan. He he he.
Aku senyum-senyum aja melihat ayah dan anak saling becanda. Aku deketin Mei dan aku ajak dia ke sebelah rumah yang ada padang rumputnya. Di situ aku ajari dia berlari-lari untuk mempersiapkan lomba melawan si Marcell, kambing kecilnya si Anto besok. Jadi hari ini istilahnya Gradi Bersih nya. Hmmm aya-aya wae....
Sampe sore hari, ba’da Ashar aku baru pulang. Ibuku ngomel-ngomel gak karuan karna aku belum ganti baju sekolah udah mainan ama kambing. Tapi aku cuek aja, aku langsung ambil anduk dan gayung berisi sabun dan sikat gigi, aku berlari ke sungai Serayu untuk mandi. Kebetulan rumahku deket dengan sungai Serayu yang bening itu.
Malemnya aku gak bisa tidur, membayangkan moment besok. Kalo Mei menang, aku dapet kelereng. Jadi gak perlu ngumpulin duit lama-lama buat beli kelereng. Satu toples kelereng, bayangin itu kawan! Nggak sabar rasanya nunggu esok hari.
Di sekolah, konsentrasiku buyar. Pak Rahmadi yang sedang ngajar pelajaran Pendidikan Agama Islam, tidak aku gubris sama sekali. Pikiranku hanya tertuju pada kambing kecilku. Sampe akhirnya bel pulang sekolahpun berbunyi. Tanpa memperdulikan temen-temenku, aku langsung lari pulang. Hasrat menandingkan Mei amat sangat kuat di hatiku. Aku amat sangat yakin Mei akan memenangkan pertandingan ini, dan aku mendapatkan se toples kelereng. Aku yakin itu karena aku tahu Marcell itu kambing cemen. Gak begitu pintar berlari.
Sampe di rumah, ternyata bapak sudah ada di rumah. Dan sedang ada 2 orang tamu. Perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak. Benar saja, ketika aku pergi ke kandang, aku lihat 2 orang itu sedang mengeluarkan 5 ekor kambingku dari kandangnya. Aku tanyakan itu ke ibu. Dengan tenang ibu mengatakan kalo kambingnya mau di jual semuanya. Meledaklah tangisku. Aku tidak mau tahu alasannya yang jelas aku sedih banget. Kecewa sekali. Aku malu sama Anto. Aku tidak jadi punya setoples kelereng!!! Akupun masuk kamar dan mengunci pintu. Di dalem kamar aku nangis sejadi-jadinya. Aku sedih harus berpisah dengan Mei, tora sudiro, dan kambing lainya. Aku nangis sampai suaraku habis.
Aku tidak tahu sudah berapa jam aku mengurung diri di dalam kamar. Hatiku sedih banget menangisi kambingku yang dijual secara semena-mena sama bapakku. Kenapa bapak tidak konfirmasi dulu ke aku, selaku pemberi makan mereka?. Lama aku dikamar, aku merasa lapar juga. Tapi mau keluar males banget. Gengsi dong. Tapi tiba-tiba dengan lembut ibuku mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil-manggil aku. Penuh rayuan beliau menyuruh aku membukakan pintu. Karena sayang ibuku, akhirnya aku buka pintunya. Ibuku langsung memelukku. Di bisikkannnya di telingaku, ” Liat tuh! di depan ada apa?”. Aku bingung. Nggak tahu maksud ibuku. Trus aku digandeng tangannya menuju teras rumah.
Aku kaget, di depan rumah telah berdiri dengan gagah sebuah sepeda BMX warna merah. Aku melihat ibu, dan ibu senyum dengan indahnya. Aku lihat bapak juga senyum-senyum. Akupun segera memeluk bapakku. Aku seneng banget. Gembira bukan kepalang. Aku segera mencoba sepeda baruku. Sambil tertawa riang. Dan Mei pun terlupa.
Alangkah tipisnya batas antara sedih dan bahagia....
05 Juni 2009
si putri
Yang nggak masuk akal, suatu hari di depan pintu kamarku tergeletak ”suntikan” bekas Refil Printer.(dataprint). Demi melihat benda seperti itu, mbah yem langsung mencak-mencak.
”siapa pake Narkoba di kost ini??? ayo jawab?? Narkoba itu di larang agama? Apa lagi maen suntik-suntikan segala!!” teriak mbah yem membabi buta. Aku sama iPul yang sedang di dalam kamar pun keluar melihat apa yang terjadi. Ternyata Mbah Yem tengah mencak-mencak sambil mengacung-acungkan suntikan bekas isi ulang printer. Demi melihat itu, aku dan iPul tidak bisa menahan tawa. Kami pun tertawa terbahak-bahak. Mana ada sih, narkoba pake suntikan sebesar itu??warna hitam pula...he he he he
Begitulah mbah Yem, biar suka ngomel dan cerewet, sesungguhnya dia amat sangat baik hati. Kalo dia ada makanan lebih, pasti kita di kasih. Sisanya maksudnya…ha ha ha ha…(ampun mbah….)
Di kost mbah Yem, kita berdua berkenalan dengan si Putri. Sebuah sepeda motor Suzuki A100, ntah tahun brapa. Mungkin 80an. He he he, seumuranku. Bahkan mungkin lebih tua. (satu hal yang sama denganku,dia juga belum kawin!!!)ha ha ha
Si Putri berwarna hitam legam. Bener-bener tidak sesuai dengan namanya. Shokbreaker belakangnya sudah tidak ada per nya sama sekali. Kalo naik si Putri, siap-siap aja sakit perut. Slebor depan juga entah dimana sehingga memperlihatkan dengan jelas ban depan yang sudah gundul. Jadi apa bila jalan di jalanan yang becek, maka airnya muncrat-muncrat sampe ke muka.
Temenku Nanang Budianto yang memberi julukan motor itu ”si Putri”. Kenapa si Putri???, karena eh karena motor itu mempunyai kecepatan maksimal 40 km / jam. Itu pun kalo dengan kecepatan maksimal sudah bergetar semua, seakan-akan spear part nya mau mencelat semua. Karena jalannya yang pelan seperti ”putri solo’, maka Nanang memberi nama motor itu ”si Putri”. Dan kitapun sepakat dengan nama itu. Saking pelannya jalan si Putri, pernah suatu hari aku dan iPul yang memang kuliah satu jurusan, (Seni Rupa & Desain UNNES), waktu itu ada kuliah pagi. Karena nggak ada motor lain di situ, maka kita berdua sepakat bawa si Putri. Dari mulai awal saja, si Putri sudah nampak males-malesan mengantar kami kuliah. Kami harus bercucuran keringat untuk nyetaternya. Tapi tak lama kemudian akhirnya bisa jalan juga. Tapi ya itu. Pelaaaan banget. Sesampainya di kampus, betapa kagetnya kami berdua, ternyata kuliah sudah selesai setengah jam yang lalu.he he he Kami juga nggak habis pikir, betapa lambannya si Putri.
Rumah mbah Yem tempat kami indekost ada di daerah Sampangan Semarang. Sekitar 7 Km dari kampusku. UNNES tersayang. Tapi dari arah Sampangan ke kampus, jalannya naek-naek ke puncak gunung, dan tinggi-tinggi sekali.ha ha ha... Melewati jalan menanjak sepanjang 5 km. Kalo naek motor normal atau naek angkot Cuma memerlukan waktu paling lama 20 menit. Tapi dengan si Putri, terbukti 2 jam kita baru nyampe. Cape deh....
Si Putri sebenarnya adalah milik dari temen kosku, namanya Doni. Tapi nggak tahu kenapa si Doni sendiri enggan banget menggunakan si Putri. Dia lebih suka kemana-mana naek mobil Suzuki Katana nya. (ya jelas lah!!). Jadi si Putri cuma tergeletak lesu di sudut garasi mengharap ada yang menjamahnya. He he he kayak jablay ajah. Karena aku dan iPul nggak ada sarana transportasi lain, maka si Putri walaupun sering merepotkan, tetep kami manfaatkan dengan sepenuh jiwa dan raga.
Malem itu aku dan iPul ada acara di kampus. Seperti hari-hari sebelumnya, setelah pinjem kendaraan ‘normal’ kesana-kesini nggak dapet, akhirnya aku dan iPul sepakat memaksa siPutri untuk mengantar kami. Sebenarnya kami juga nggak tega melihat siPutri, apa lagi putri harus berjalan menanjak 5 km dengan membawa kami berdua. Tapi karena kita sudah terpaksa banget akhirnya mau tidak mau hanya siPutri lah yang bisa menolong kita.
Aku yang di depan, dan iPul membonceng dengan mesranya. He he he. Kami berjalan pelan-pelan bagaikan sangat menikmati perjalanan. Padahal emang si Putri yang nggak bisa cepet. Ketika jalan mulai naik di daerah Dewi Sartika, kami berdua berdo’a bersama.
”ya Allah kuatkanlah si putri menghadapi cobaan ini.....Amiin..”
Pelan-pelan kami dan si Putri mulai merayap naik. iPul tanpa henti-hentinya berdoa, dan sesekali memberi semangat padaku. Sampai di perumahan ”Puri Sartika” satu tahap sudah terlewati. Masih ada tanjakan lagi, dan lebih curam kemiringanya.
Ketika tanjakan tinggal menyisakan 100 meter lagi, tepatnya di daerah Trangkil, ternyata apa yang aku takutkan terjadi juga. Si Putri menunjukan tanda-tanda mau ngambek. Aku paksa menarik gas lagi, tapi si putri benar-benar mati. Kemudian sunyi. Jalan di daerah Trangkil memang sepi. Apa lagi waktu sudah sekitar jam 9 malam. Kami berdua bingung, haruskah melanjutkan perjalanan yang tinggal sa’iprit, ataukah kembali pulang ke bawah dengan di ”gelinding” kan. Akhirnya kami sepakat untuk menuntun si Putri sampe dengan jalan yang datar. Karena di dekat kampus memang ada bengkel. Aku nuntun di depan, dan iPul mendorong di belakang. Karena jalan menanjak yang lumayan curam, kamipun merasa bagaikan menyeret si gendut ”preti asmara”. Pegel, capek, ngilu, lemes, haus bercampur jadi satu. Kamipun bergantian. Gantian aku yang mendorongnya, dan iPul yang menuntun si Putri.
Dengan bermandikan keringat, sampe juga kami berdua di jalan yang datar. Nafas kami benar-benar tersengal-sengal. Apalagi iPul, karna dia perokok berat. Karena siPutri tidak punya standard buat penyangganya, maka kami biarkan siPutri tergeletak dengan manja di pinggir jalan. karena saking capeknya, serta mata yang berkunang-kunang, maka kami rebahan di jalan yang sepi itu. Beberapa motor dari arah bawah lewat, sempat melihat kami, tapi terus melanjutkan lagi perjalanan. Kita berdua cuek aja, karena memang masih capek banget.
Kita nggak nyadar kalo ke”cuek”an kami membawa mala petaka buat kami. Tanpa kami sadari, dari arah kampus, ada banyak sekali orang datang menuju tempat kami. Heboh dan rame banget. Kami pun bingung ada apa gerangan.
”mana korban tabrak lari nya?” salah satu orang yang menghampiri kami bicara seperti itu.
Mereka pun pada ngerubungi kami yang duduk sambil kebingungan.
Rupanya tadi orang yang melihat kami berbaring di jalan, serta lihat posisi si Putri yang tanpa standard mengira kami adalah korban kecelakaan, dan memanggil orang-orang kampung. Setelah tahu kalo ternyata kami bukan korban tabrak lari, mereka merasa tertipu, mereka rame-rame menghujat kami. Menganggap kami penipu. Bahkan kami sempet mau di massa..(wuih...serem banget) untung saja kemudian muncul orang-orang kampung yang merupakan teman-teman kami dari arah kampus, merekapun menjelaskan semuanya.
Kemudian orang-orang itu membubarkan diri. Sambil terus ngomel-ngomel seperti mbah Yem.
Aku dan iPul pun saling berpandangan, kemudian mata kami bersamaan melihat si Putri yang di pandangan kami berdua seakan-akan tengah tersenyum puas karena berhasil ngerjain kita.
Semua gara-raga si Putri.....
senin legi...
Sampainya di depan rumah, aku standarkan motorku, dan bergegas menuju kamar di mana istriku sudah memanggil-manggil. Nini roji masuk kamar bersama ibu mertuaku. Dan aku menunggu di luar. Walaupun ini kelahiran anak ke 3, aku tetep aja se cemas waktu istriku melahirkan Teguh 6 tahun yang lalu. Aku duduk bengong di depan rumah sambil menghisap dalam-dalam rokok Djarum 76 ku. Beberapa tetangga yang datang mencoba menyapa dan menenangkanku. Aku pun tersenyum ke mereka. Senyum kecut yang setengah di paksakan.
Aku beranjak menuju kamar kedua anakku. Aku duduk di tepi ranjang mereka. Udi berumur 3 tahun dan Teguh berumur 6 tahun. Aku lihat mereka tertidur lelap sekali. Memancarkan kepolosan. Aku sudah mempunyai 2 anak cowok, aku berharap yang ke 3 lahir cewek. Tapi apapun yang Kau berikan, aku tetep mensyukurinya ya Allah.
Aku menatap kalender yang terpasang di dinding kamar anakku. Hari ini Senin Legi, tanggal 1 Desember 1980. seperti terencana sekali. Selisih antara 3 anakku sama, 3 tahun. Aku mencoba tersenyum karena aku ternyata bisa merencanakan dengan baik.
Aku kembali ke luar kamar. Mencoba ngobrol-ngobrol ama kakak-kakak iparku. Dari dalam kamar masih terdengan istriku tengah berjuang melawan maut. Aku terus saja berdoa dalam hati.
Jam 03.30, tiba-tiba terdengan suara tangis bayi memecah keheningan. Aku segera menuju ke kamar. Baru sampai di depan pintu, dari dalam keluar ibu mertuaku diiringi oleh Nini Roji yang menggendong bayi mungil sambil tersenyum.
”Cowok lagi, To....” kata ibu mertuaku.
”Alhamdulllah ya Allah....!!” kataku.
Aku tersenyum girang, aku liat bayi yang masih dalam gendongan Nini Roji. Hmmm, jagoanku yang ini agak beda dengan kakak-kakaknya. Kakak-kakaknya putih, yang ini kulitnya agak gelap. Gak papa, dia tetep anakku. Nantinya akan jadi cowok manies!!!
Aku segera masuk ke kamar. Aku lihat istriku masih berbaring di kamar. Melihatku masuk, dia langsung mengembangkan senyum. Subhanallah, cantik sekali dia. Tak ada rona kesakitan maupun kelelahan di wajahnya. Yang ada hanya kebahagiaan. Kebahagiaan dia, kebahagiaan kita. Aku cium lembut keningnya. Aku bisikkan ke telinganya, kalo anak kita cowok lagi. Dia kembali tersenyum. Maniez sekali...
Pagi hari setelah sholat Subuh, aku pergi menuju kali dengan membawa ”ari-ari” atau potongan pusar anakku, serta kain-kain jarik penuh darah istriku untuk aku cuci. Di tempatku emang begitu tradisinya. Kalo istrinya melahirkan, maka suaminya yang mencuci darah di kain yang buat melahirkan.
Sesampainya di tepi sungai kecil tapi deras airnya, sambil aku pegang kendil berisi ari-ari anak ”lanang” ku, aku berdoa pada Allah, semoga anakku kelak jadi anak yang soleh, Tangguh, pemberani, dan manis.....(he he he). Kemudian aku lempar kendil itu, dan aku tunggu sampai hilang dari penglihatan. Dan aku tersenyum puas...
Sepulang dari kali, aku melihat istriku sedang tertidur, dan anakku yang baru lahir juga sedang tertidur di sisinya. Kedua anakku Teguh dan Udi, duduk manis di sebelahnya sedang nungguin adeknya. Aku menuju kamar anakku dan tertidur di sana.
Tiga hari setelah kelahiran anakku, aku masih larut dalam kebahagiaan. Banyak saudara yang datang. Bapak-ibuku juga datang dari Sigaluh.
”Mau dikasih nama siapa anakmu??” tanya bapakku.
Tiba-tiba aku tersadar. Tiga hari ini aku hanya memikirkan kebahagiaanku mempunyai anak laki-laki yang ke 3 kalinya, tanpa pernah memikirkan nama untuk dia. Sebelum lahir, memang aku dan istriku, sering membicarakannya. Tapi kami hanya mencari nama untuk perempuan!! Karena banyak yang mampunyai firasat kalo anak kami yang akan lahir adalah perempuan. Waktu hamil, istriku nampak lebih cantik daripada sebelumnya. Orang-orang bilang kalo orang hamil tampak lebih cantik, maka anaknya akan lahir perempuan. Akupun percaya-percaya saja. Makanya aku selalu mencarikan nama untuk anak perempuan. Tapi pertanyaan bapakku tadi benar-benar menyadarkanku.
Aku menjawab, ”Belum tahu, pak.”
Ayahku tersenyum. Dari baju batik andalannya dia mengeluarkan sebuah kertas dan diberikanya padaku. Di situ tercantum beberapa nama :
WALUYO
WIDODO,
SANTOSO,
SUBAGYO,
SUKARNO,
BAMBANG,
Aku mengamati dengan saksama nama-nama yang diajukan oleh ayahku, bagaikan presiden SBY tengah mengamati nama-nama calon Wapres yang di ajukan oleh beberapa partai. He he he . Aku merasa nama itu sudah lewat jamannya. Udah gak update lagi di jaman sekarang. Kakaknya yang pertama memang dulu bapakku yang memberikan nama, Teguh Riyanto. Tapi yang kedua aku yang nyari nama sendiri, Udi Prasetya. Dan sekarang, masa sih akan kembali menggunakan nama sederhana seperti itu? Tapi bagus juga sih, kalo belakangnya di kasih embel-embel ”Suprapto Putra”....
Aku bilang pada bapakku kalo nanti akan aku pertimbangkan lagi. Bapak pun bilang, ”Kalo ada yang lebih baik, ya silahkan aja, gue mah ngikut lo aja...” He he he, gitu kalo pake basa gaulnya.
Hari-hari selanjutnya aku sibuk mikirin nama buat anakku. Waktu sudah hampir deadline aku belum juga dapat. Acara Puputan tinggal 2 hari lagi. Aku sudah harus punya nama yang indah buat anakku. Aku pun menuju ke rumah kakak iparku yang ada di Wonosobo. Mas Karyono namanya. Dia orang seni, dan punya banyak koleksi buku-buku jawa. Di sana aku sibuk mencari kata-kata yang indah yang bisa di sematkan pada anakku. Aku pinjam beberapa buku untuk aku bawa pulang. Diantaranya adalah ”Babad Tanah Jawi”. (asal Usul Tanah Jawa)
Malem itu aku baca buku kuno yang tebal itu sambil nungguin anakku tidur. Sesekali aku melihat wajah polosnya. Manis banget. Bibirnya, matanya, hidungnya sudah kelihatan agak mancung.....tar gedhenya pasti akan banyak cewek yang suka...he he he.
Pagi-pagi istriku membangunkanku. Tenyata aku tertidur sambil memegangi buku itu. Semalem hampir selesai aku baca, dan aku sudah menemukan nama yang pas untuk anakku. Di buku itu ada nama seorang begawan, dan juga sastrawan yang mempunyai sifat-sifat sangat terpuji. Mungkin nama belakang begawan itu cocok untuk di kasihkan sebagai nama belakang anakku. Aku segera mengambil kamus bahasa jawa milik mas karyono, dan aku cari nama-nama yang cocok sebagai nama depanya. Aku tersenyum ketika menemukan sebuah kata yang bagus. Artinya pun baik. Dan yang jelas, jarang ada yang menyamain nama itu nantinya.
Aku segera ambil pena dan selembar kertas. Aku tuliskan sebuah nama di situ. Aku membacanya lagi, dan akupun tersenyum puas. Istriku datang menghampiriku, seperti biasa dengan senyum terindahnya.
”Udah dapet namanya, mas?” tanyanya padaku.
Aku cuma jawab dengan senyuman, yang tak kalah manis. Aku kasihkan kertas itu pada istriku. Dan.... istriku membacanya pelan..
”Lulut Yekti Adi.....”
Kemudian dia memandangku penuh rasa sayang. Dia percaya padaku tanpa harus menanyakan apa artinya. Kamipun berpelukan seperti teletubies...
***
Aku terdiam. Begitulah ayahku mengakhiri cerita kelahiranku. Dia menyeruput kopi originalnya, kemudian meninggalkanku seorang diri......
28 Mei 2009
cerita tentang pigura...

Dari seluruh sisi kehidupan seorang Lulut Yekti Adi,(itu nama asliku!!!), tidak ada yang lebih menakutkan daripada ancaman D.O. (drop out) dari kampus Unnes.
Pagi itu adalah pagi terburuk selama hidupku. Ketika temenku Untung Kurniawan memberikan surat yang di tandatangani langsung oleh Pak Rektor, untuk kami berdua. Iya, untuk aku dan iPul. Kami memang kompak dalam segala hal. Seperti kata iPul, kami sudah bagaikan Abdel dan Temon. Sampe-sampe kuliah pun kompakan untuk sama-sama nyantai. Bayangin, 15 Semester bukan waktu yang sebentar untuk mendiami sebuah kampus di pinggiran semarang. Perubahan peradaban kampus pun telah kami alami. Dari mulai kampus yang masih becek, nggak ada ojek, sampai dengan kafe dengan free hot spot marak di mana-mana. Yang jelas kami pun mengalami sejarah terbesar kampus tersebut. Waktu kami masuk, kampus itu bernama IKIP SEMARANG. Setelah kami setahun di situ, tepatnya di tahun 2000, barulah kampus itu berubah nama menjadi UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. Jadi kami memang produck IKIP.
Surat dari Bapak Ari Tri Sugito itu, berisi ancaman D.O untuk semua mahasiswa angkatan 1999 dan 2000, apabila tidak bisa menyelesaikan kuliah dalam waktu satu semester lagi. Walaupun masih berbaik hati memberikan waktu satu semester, tapi bagi kami itu masih saja mengerikan. Lebih mengerikan dari pada film Jelangkung Ketemu Pocong Naek Kereta Api Hantu Manggarai.
Aku bingung. iPul pun bingung. Walau sebenarnya langkah kami menuju luluspun tinggal 30%. Aku dan iPul sama-sama mengambil Proyek Study sebagai pengganti Skripsi, karena di Jurusan kami (Seni Rupa & Desain) boleh memilih skripsi maupun proyek study (pameran karya seni). Aku mengambil tema Fotografi, itu sudah maksimal sekali dari apa yang aku bisa. Judulnya ”Ekspresi Anak-Anak dalam Karya Seni Fotografi”. Pengambilan karya pun sudah aku lakukan sejak tahun 2 tahun yang lalu. Cuma ntah kenapa rasa males-malesan lah yang selalu dominan sehingga aku selalu menunda-nunda untuk menyelesaikan kuliah. Aku juga nggak bisa membayangkan betapa sedihnya ibu dan bapak ku di rumah kalo tahu anaknya yang paling manis ini terancam di tendang dari kampus. (oooohhhhhhhh!!!!!)
Yang jelas mulai hari itu, aku dan iPul mendadak jadi rajin sekali ke kampus. Tiap hari menghadap dosen. Caci maki dari dosen pun kami terima dengan lapang dada. Adek-adek kelas yang jarang liat tampang kita pun memangdang dengan tatapan aneh. Aku sudah bisa nebak apa yang ada di pikiran mereka ”udah om-om kok masih ke kampus”. Tapi kami cuek aja. Demi masa depan!!.
Hari-hari aku lalui dengan bersemangat. Bersemangat banget malah. Bab demi bab laporan kami konsultasikan tak kenal waktu. Dari pagi-siang-sore-malam-pagi
Bulan September tiba. Semua Bab telah terselesaikan.Pak Ruswondho sebagai dosen pembimbingku sangat-sangat membantu dan mempermudah ku. Aku yakin suatu saat Allah akan membalas semua budi baiknya. Tinggal satu step lagi yang harus aku lewati. Pameran. Bukan pameran Charles maupun Pameran Diponegoro. Tapi Pameran Karya Fotografi ku. Karya sudah siap. Hanya tinggal satu hal yang masih jadi beban pikiran ku. Setahun yang lalu aku udah memesan Bingkai atau Pigura di tempat pak Pri. Tapi sampai hari ini belum juga aku ambil. Alasanya hanya satu. Duitku habis. Untuk nyetak karya, untuk foto kopi dan jilid, untuk segala hal yang berhubungan dengan pameran. Aku bingung. Bingung banget malah.
Malem itu aku bingung sendirian. Aku lihat iPul masih tenang-tenang aja. Dia seakan-akan tidak mau tahu akan kebingunganku. Dia cuek aja melihat sahabatnya kelabakan nggak punya duit untuk mengambil pigura. Waktu Pameran tinggal dua hari lagi. Itu artinya, besok semua karya harus sudah di kemas dan di pasang di ruang pamer.
Tanpa menghiraukan iPul yang sedang asyik nonton tipi, malam itu aku pergi ke tempat saudaraku di daerah Ungaran, berniat untuk meminjam duit. Dengan motor Honda Astrea Grand th ’97 ‘soulmate” ku, aku pun menyusuri jalan dengan perasaan gundah gulana putra petir. (he he he, itu mah gundala putra petir). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, kembali aku harus kecewa bukan buatan. Saudaraku ternyata lagi nggak ada di rumah. Mereka sekeluarga sedang pulang kampung ke Banjarnegara. Kembali aku bingung. Aku putuskan untuk ke rumah temenku Lilik Noviarto, yang dua hari lagi juga akan Pameran bersamaku. Di rumah Lilik di daerah Tlogosari, aku lihat dia tengah mengemas karya. Rona kecapekan aku lihat di wajah anak itu. Sebelum aku mengutarakan maksudku untuk meminjam duit untuk mengambil Pigura, Lilik lebih dulu curhat ke aku, tentang kebingungan dirinya menghadapi pameran besok. Karena untuk mengadakan event pameran juga di perlukan duit yang tidak sedikit. Aku pun mengurungkan niatku untuk meminjam duit. Sempat aku berpikir untuk minta lagi ke Ibu ku, atau minjam ke kakakku, tapi aku sudah terlanjur terlalu banyak membebani mereka, karena semua biaya persiapan pameran pun aku sudah banyak meminta dari mereka....
Malam itu, dengan perasaan yang tidak bisa aku bayangkan aku pulang ke kost ku di daerah Veteran. Sesak sekali dada ini rasanya. Membayangkan apa yang aku lakukan besok. Waktu yang tidak mau kompromi bahkan untuk satu detikpun, terus saja berjalan. Aku merasakan dunia ini seakan-akan menjadi padang pasir yang sangat luas. Di situ tidak aku temui seorangpun yang mau membantu. Kelulusan yang sudah ada di depan mata, terancam hilang hanya karena gagal berpameran. Hatiku sudah mendahului menangis. Wajah lembut ibu ku terus terbayang di hadapanku. Aku tidak mau wajah yang tersenyum itu berubah jadi kesedihan. Aku sayang sekali sama ibu ku....dan aku sedih....
Sampainya di kost, aku lihat kamar sudah gelap. Tandanya iPul, teman satu kamarku sudah lelap tertidur. Aku masuk pelan ke kamar, dan menghidupkan lampu. Betapa terkejutnya aku ketika di dekat pintu kamar tergeletak 16 buah pigura yang aku pesan dari tempat pak Pri. Semua sudah jadi dan siap mengemas 16 karya Fotografiku. Adalah Ikhwan Saefulloh alias iPul, teman yang tadi sempat aku anggap tidak mau tahu urusanku, ternyata dia tanpa sepengetahuanku membantuku mengambil kan pigura itu. Semua di lakukannya semata-mata ingin membantuku. Aku menyesal telah berburuk sangka padanya...
Aku tidak bisa menerjemahkan perasanku pada saat itu. Air mata ku meleleh pelan tanpa aku sadari. Aku menatap iPul yang tengah tertidur lelap dengan posisi pistol (meringkuk) andalanya. Ingin rasanya aku memeluknya. Seperti itulah sahabat yang sesungguhnya.
”Pul, aku Yakin, Allah pasti akan memberikan semua yang terbaik untukmu.....”
nggak virgin??
Suatu hari, Bintang mengajak ku ketemuan di sebuah kafe. Dia bilang dia pengen curhat ke aku, tentang hubunganya dengan Rian.
Malem itu aku dateng sendiri ke Our’s Cafe, di daerah Candi Asri Semarang. Tempatnya memang nyaman sekali. Bangunan kuno jaman Belanda memang sangat artistik. Belum lagi view nya, lampu-lampu kota semarang yang gemerlapan. Musik yang di putar di cafe ini pun sangat soft. Enak di denger dan nyaman. Aku mengambil tempat duduk di luar, sambil menikmati pemandangan kota Semarang.
Nggak berapa lama, Bintang pun datang. Dengan senyumnya yang manis, dia tetap terlihat bersinar. Dia pun duduk manis di depan ku.
Setelah lama ngobrol basa-basi saling menanyakan kabar, kita pun mulai masuk ke pokok pembicaraan.
”aku bingung musti gimana Di” katanya mulai curhat
”yee, kamu aja bingung apa lagi aku. Ya udah critain aja” jawabku.
“begini, kamu kan tahu sendiri, sebelum pacaran sama Rian sebelumnya aku pacaran sama mas Wahyu sudah 2 tahun. Nah, ngerti sendiri lah, dulu hubunganku sama mas Wahyu seperti apa. Udah sedekat apa. Hari gini gitu loh”
“ngerti apanya? Ya kalo kamu nggak cerita aku nggak bakalan ngerti” kataku pura-pura bego aja.
“pada intinya begini. Aku dan Rian sudah sepakat mau menikah. Dalam waktu deket, dia akan segera melamar aku. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di hati aku. Terus terang Di, aku sudah ’nggak Virgin’. Nah itu yang mengganjal di hati aku. Haruskah aku jujur ke Rian untuk masalah ini, ataukah aku harus berbohong? Aku takutnya apabila aku jujur, maka dia akan meninggalkanku. Kalo aku bohong, dan ketahuan pada saat malam pertama kami, akan lebih hancur lagi. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti, kalo dia tahu aku bohong padanya. Kamu tahu kan, hal itu bagi sebagian laki-laki masih sangat penting dan di agungkan? Aku tahu semua yang aku lakuin di masa lalu adalah salah. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Semua sudah terjadi. Menyesalpun rasanya sudah sia-sia, dan nggak ada gunanya. Trus aku musti bagaimana di?”
Bintang bercerita sambil matanya basah menahan air mata. Aku tahu itu sangat berat. Aku coba untuk mengerti dan paham. Aku diem sejanak. Aku menarik nafas dalam-dalam, dan tak lupa aku hembuskan lagi. He he he bayangin aja kalo narik napas dalam-dalam, tapi lupa nggak di hembuskan lagi......
Aku mulai ngasih pendapat ke dia pelan-pelan. Menurut versi ku.
“ aku tahu ini sangat berat buat kamu. Menurut aku, kalo kamu sudah berani berbuat, kamu pun harus berani menanggung konsekuensi dari apa yang kamu lakuin. Memang tidak mudah. Tapi semua butuh kejujuran, dengan sejujur-jujurnya. Dan itu harus di mulai sekarang. Sebelum kalian menikah. Apapun reaksi Rian atas kejujuran kamu, semua itu bagian dari resiko atau pertanggung jawaban atas semua yang pernah kamu lakukan. Kalo memang kamu harus kehilangan Rian, anggep saja Rian bukan yang terbaik buat kamu. Kalo dia memang yang terbaik, pasti dia mau menerima kamu dalam keadaan apapun. Jadi mending kalian bicarakan berdua sebelum semua melangkah lebih jauh.”
Sok bijak banget ya aku. Tapi ya itulah aku. selalu mengamalkan Pancasila dan UUD 45 serta P-4. (lho!!!! Apa hubunganya??) yang jelas bijaksana gitu lah.....he he he
Bintang mau menerima semua saranku. Dia akan mencoba mengkomunikasikan bersama Rian. Dia pun sudah bertekad, apapun yang akan terjadi akan dia hadapi,. Dan kita berdua pun pulang ke tempat tinggal masing-masing.
Seminggu kemudian, Rian datang ke kost mengagetkanku yang tengah ”bobo Manis”. Dari pancaran wajahnya terlihat sebuah beban yang sangat berat. Tapi sedikit banyak aku tahu apa yang akan dia curhatin ke aku. inilah resiko jadi Pak comblang.
”Di, bangun dong, ada yang pengen aku omongin ke kamu. Penting banget” katanya memelas. Membuat aku pun jadi iba, dan beranjak bangun ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian aku dan Rian sudah berada di Our’s Cafe. Dan sengaja aku pilih tempat duduk yang tempo hari jadi tempat Bintang Curhat ke aku. Posisi duduknya pun sama. Waktu itu aku serasa menjadi penasihat Perkawinan yang Arif dan Bijaksana. He he he.....
Setelah memesan minum dan seperti biasa, saling menanyakan kabar, dia pun langsung aku suruh cerita masalahnya.
”Masalah ini menyangkut keutuhan hubungan kami Di. Aku nggak tahu harus bagaimana, dan seperti apa, menghadapi ini semua. Kemaren tiba-tiba Bintang melakukan pengakuan dosa padaku. Dia bilang ke aku sejujurnya, kalo dia sudah tidak perawan. Itulah masalah terberatku. Dari dulu kan kamu tahu, aku pengen istriku nanti masih di’segel’. Tapi ternyata Bintang tidak seperti yang aku harapkan. Aku bingung Di. Haruskah aku memutuskan hubungan ini? Dan mencari yang masih Virgin?”
Persis seperti yang aku duga sebelumnya.dan tentu saja aku pun sudah mempersiapkan jawaban yang tepat untuk masalah ini.
Aku kembali menarik napas panjang, dan tak lupa menghembuskannya lagi. Dan mulailah aku beraksi.
”Rian, sebelumnya aku tanya, dan tolong jawab dengan jujur. Apa kamu masih perjaka? Apa kamu pernah ML? ” tanyaku, dan dia pun mengangguk pelan. Aku jadi bingung. Menganguk pertanyaan yang pertama apa yang kedua? Akhirnya aku tanya satu aja.
”kamu dah pernah ML?”
” yaa.....” jawabnya pelan dan singkat. Dan itu jawaban seperti yang aku duga dan aku rencanakan.
”Logikanya, kalo kamu juga sudah tidak perjaka, masa kamu nggak mau menerima yang sudah tidak perawan? Jangan egois gitu dong. Oke deh. Aku tahu hal ini emang berat banget. Tapi kamu pun nggak boleh emosional. Tetap lah di pikir secara rasional. Emangnya cinta dan kasih sayang bisa di nilai dari selembar selaput yang kita sendiri belum tau seperti apa bentuknya? Nggak kan? Kamu lebih memilih istri wanita Virgin tapi menyakitkan apa wanita yang sudah nggak Virgin tapi membuatmu nyaman seumur hidupmu??”
Aku menarik napas dalam lagi menunggu jawaban Rian. Tapi Rian tetap diam. Akhirnya aku lanjutkan ucapanku.
“ nggak usah kamu jawab pun aku sudah tahu, kamu pasti pilih yang ke dua. Begitu juga dengan Bintang. Aku tahu Bintang tulus banget mencintai kamu. Satu nilai plus dari dia, dia berani jujur sama kamu walau itu menyakitkan. Tahu gak, kalo kunci kebahagiaan dalam berumah tangga adalah kejujuran? Dan Bintang sudah memulainya. Tinggal bagaimana kamu menyikapi kejujuran nya. Sekarang seandainya kamu memutuskan untuk meninggalkan Bintang, apa sudah bisa di jamin kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari Bintang? Siapa tahu kamu malah dapet yang sama-sama tidak Virgin, tapi dia jujur padamu setelah kalian menikah? Apa yang akan kamu lakukan? Malah tambah kacau kan? Menurutku, sekarang renungkan dan pikirkan baik-baik. Berusahalan untuk bisa Ikhlas. Pasti ada hikmah di balik ini semua. Kunci Sukses Hidup ini hanya ’IKHLAS’ dan ’SYUKUR’. Kamu harus bersyukur mendapat wanita secantik dan sebaik Bintang”
Rian tetap diam sampai waktu kita berdua pulang. Tapi aku tahu kalo dia memikirkan semua yang aku ucapkan. Aku pun tidak peduli akan hasilnya nanti akan seperti apa. Paling tidak aku sudah menempatkan posisiku sebagai Sahabat yang baik.
Beberapa bulan setelah itu, aku nggak pernah dapat kabar tentang hubungan Bintang dan Rian. Aku nggak tahu apa mereka masih jalan, ataukah memutuskan untuk berpisah.
Tapi pagi itu aku bisa tersenyum lega ketika mendapat selembar undangan pernikahan bertuliskan nama Bintang dan Rian.
Aku salut pada Rian. Akhirnya dia menguasai juga ilmu Ikhlas. Sedang aku???? baru bisa ngomong panjang dan sok bijaksana. Ntah Bagaimana seandainya aku di hadapkan pada masalah yang sama??? Aku pun belum tentu tahu harus berbuat apa...
Bagaimana dengan kalian???
27 Mei 2009
naura......

Namanya Naura. Lengkapnya Naura Ayudia Ramadhani. Dia Cantik, cantik banget malah. Tatapan matanya berbinar cerdas. Membuat aku tidak pernah bosan menatapnya. Apa lagi suara tawanya yang khas, manja, membuat aku selalu inget siang malam....sebegitunya....
Hari itu adalah hari pertama dia masuk sekolah di TK & Playgroup PRIMAGAMA PURWOKERTO, di mana aku mencari butiran-butiran nasi. Dengan di antar sama bapak dan ibu nya, Naura yang baru bernafas di dunia ini selama dua setengah tahun, nampak begitu gembira nya dapat bersekolah di TK & Playgroup Primagama. Tas warna pink yang bergelanyut di punggung nya menambah kesempurnaan Balita itu. Begitu dia masuk sekolahan, para bunda-bunda (pengajar di TK & Playgroup primagama) sudah menyambutnya. Naura tersenyum. Senyum yang khas. Manis sekali.
Tapi ketika aku akan mendekatinya, dia menghindar. Entah malu, takut, khawatir, paranoid, trauma atau apa aku tidak tahu. Yang jelas, dia memalingkan wajahnya. Aku jadi berpikir, ada apa dengan diriku? Selama aku bekerja yang berhubungan dengan anak-anak, perasaan mereka enjoy-enjoy aja dengan ku. Di Pamulang dulu, seorang gadis cilik bernama Vania malah begitu dekatnya denganku. Sampai-sampai kalo dia sedang ikut mamanya belanja ke mall, dan bila dia di beliin sesuatu, Vania pasti bilang ke mamanya, ”Pak Adi di beliin juga dong ma... (segitunya)”.
Ada juga Nadia, walaupun dia sudah di antar jemput oleh supir pribadinya, setiap pulang sekolah, dia lebih memilih untuk di antar oleh pak Adi ini. Hmmm.....
Temen-temen sekelas Naura yang lain juga asik-asik aja. Dinda, Uno, Livia, Zaky, Nabil, Naya, mereka semua bisa deket sama aku tanpa takut dan malu.
Lha ini, Naura yang malah aneh. Dia untuk sekedar berjabat tangan saja tidaklah mau. Apa wajahku yang manis (uppss...!!!) ini begitu menakutkan di mata dia? Apa dia takut dengan kacamataku? Bukankah dengan kaca mata ini aku lebih tampak seperti Clark Kent??? (ha ha ha ha ..jangan sirik lho!!!) entah lah, yang jelas, hari-hari selanjutnya Naura masih tetep nggak mau bersalaman. Apa lagi ngobrol-ngobrol denganku.
Tapi ternyata aku baru menyadari kalo selama ini, Naura juga ternyata sering mencuri-curi pandang padaku. Bukanya Ge Er, tapi memang begitu. Dan setiap ketahuan olehku kalo dia sedang mencuri pandang, dia selalu tertunduk malu. Dari situ aku jadi bisa mengerti, mungkin selama ini dia memang malu sama aku. Aku pun menanyakan hal itu pada ”mbak-nya” yang ngantar dia ke sekolah. Dan ternyata dia memang malu dan seperti takut sama makhluk hidup yang bernama laki-laki. Terutama yang sudah dewasa. Setelah di selidiki lebih lanjut, memang di lingkungannya, dia memang tidak terbiasa dengan cowok. Dia tidak punya om, atau kakak cowok yang dekat dengan dia..hmm, dia hanya butuh waktu saja.
Dua hari Naura tidak datang ke sekolah. Dia tidak bergabung bersama teman-teman yang lain, seperti Dinda, Uno, Livia, Zaky, Nabiel,dan si mungil Naya. Jadi kangen juga sama senyum dan ketawa Naura yang khas. Sebagai Kepala sekolah yang baik,dan selalu mengamalkan Dasa Darma Pramuka,(lho!!!) aku mencoba menelpon ke rumah nya, menanyakan ada apakah gerangan, Naura dua hari tidak berangkat ke sekolah terbaik di Kota ini. (ciee, promosi.....), tapi di rumahnya telpon tidak di angkat.
Pagi tadi, tiba-tiba aku dengar lagi tawa Naura yang khas. Dia datang. Bukan bersama ”mbak” yang biasa nganter, tapi dengan bapaknya. Waktu datang, seperti biasa dia tidak mau bersalaman, tapi pagi ini dia tidak memalingkan wajah. Bahkan dia memberikan ’senyum bidadari” nya padaku. Aku pun senang. Ketika jam istirahat dia tengah mandi bola, aku berusaha mendekatinya dan mencoba memberikan pertanyaan-pertanyaan kecil padanya, dan dia pun menjawab tanpa malu-malu... wah..lega rasanya hati ini....
Akhirnya waktu jam pulang sekolah, dia menghampiriku dan mengajak aku bersalaman. Damai......
Ah... Naura, akhirnya takluk juga....
dugem
Kalau aku dan Ipul datang dari daerah yang sama, ”Banjarnegara”, sedang Patkey brasal dari kota kecil di ujung barat Jawa Timur. ”Ngawi”.Aku dan Ikhwan, di Semarang dalam rangka kuliah di jurusan yang sama,”seni rupa & desain UNNES” dan kost di tempat yang sama pula. Kost “kon” namanya. Aneh ya namanya?? Kalo hendi datang ke Semarang buat bekerja. Dia kerja di Warnet Extramedia. Warnet resmi kampus. Dia lulusan Sekolah Favorit di Malang. Karena Ipul dan aku sering ke warnet, kami pun sepakat berteman. Bersahabat lebih tepatnya.
Kedatangan patkey sedikit banyak merubah kehidupan aku dan Ipul. Dulu kita menyandang sebagai mahasiswa Unnes yang katro dan Ndeso, karena letak geografisnya yang jauh dari peradaban. Dari namanya aja UNNES. Singkatan dari Universitas Nestapa. Ha ha ha. Tapi kedatangan patkey, telah memperkenalkan kami pada hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan.
Nongkrong di kafe. Keren banget kedengerannya waktu itu.
Awalnya Cuma ipul dan patkey yang mulai nongkrong berdua di kafe Hitam Putih di daerah sampangan. Selanjutnya di ajaklah aku. Kafe Hitam Putih menyajikan live musik dari band-band lokal kota Semarang. Lumayan lah, vokalisnya cantik-cantik. He he he.
Lama-lama kami bertiga Bosan dengan suasana kafe Hitam Putih, karena yang dateng rata-rata cowok. Gak ada pandangan yang bening. Paling cuma vokalis band nya doang, Risma, Imel, Eta dll.
Akhirnya kita berburu tempat nongkrong lain, nyari yang lebih sik-asik.
Waktu itu di Java Supermall ada Astro Kafe. Itulah sasaran kita selanjutnya. Waktu itu kita bertiga emang termasuk dalam kategori PMKH. Persatuan Mahasiswa Kere Hore. Kita hanya ada satu motor waktu itu, jadi kita menuju ke tempat ”dugem” dengan ”ceng-lu” bonceng telu. Alias bertiga satu motor. Tapi gak peduli, yang penting gayanya bung!!!!
Sampailah kita di Astro Kafe. Cover charge masuk tempat itu Cuma 10.000 rupiah. Dapet soft drink. Murah banget kan?, dengan modal 30.000 rupiah kita bisa dugem bertiga. Astro kafe emang sangat beda dengan kafe Hitam Putih. Di sini tempatnya luas, lampunya remang-remang dan gemerlap, yang dateng anak-anak gaul, ada tempat billiard & bowling nya juga. Wah, jadi semacam remaja ibu kota yang di tipi-tipi deh kita waktu itu.
Kita bertiga yang masih malu-malu anjing, mengambil tempat duduk di belakang. Sambil memandang waiters yang kesana kemari kayak bola billiard. Juga memandang orang-orang yang baru dateng dengan dandanan yang rata-rata gaul. Cewek-cewek tampil sexy. Kita sebagai mahasiswa katro yang memang jarang menyaksikan pemandangan seperti itu, matanya tidak henti-hentinya jelalatan. Kalo di biarkan lama-lama, air liurnya bisa netes-netes dimana-mana, dan banjir lah astro kafe..ha ha ha ha....
Live music pun di mulai. Dari mulai lagu yang slow, sampe musik-musik yang rancak mulai di pertontonkan oleh band top 40...orang-orang mulai merapat ke dekat stage untuk ikut bergoyang. Kami bertiga masih saja duduk di tempat, sambil jempol kaki nya saja yang ikut bergoyang. Malam itu kita lebih berperan sbagai pengamat.
Malam selanjutnya, seperti biasa, jam 10 malam,kita bertiga, dengan berboncengan satu motor menyusuri jalan dari daerah kampus UNNES menuju Astro Kafe. Tapi malam itu kita tampil sudah agak lain dari hari-hari sebelumnya. Malam itu kita tampil se gaul mungkin. Pake kaos ter bagus yang kita miliki dan pake sepatu kets.
Setelah sampai di dalem kafe, kita sudah bisa bergaya ’anak kafe” yang gaul, seakan-akan kita sudah akrab dengan Astro kafe. Kita pun mengambil tempat duduk agak di depan. Kebetulan maem itu tidak begitu ramai seperti malam-malam sebelumnya.
Ketika waiters datang menawarkan menu yang lain selain soft drink, kita bertiga dengan spontan dan kompak menyatakan tidak!! He he he, kelihatan banget kalo kere. Dapi memang, di samping kita memang niatnya Cuma nongkrong di kafe, kita juga memang nggak bawa perbekalan (duit) lebih. Emang pas-pas an. Di samping itu kita bertiga emang type remaja yang ”No Drugs & No Alkohol, lebih baik minum es cendol!!” jadi ya soft drink aja deh....
Ketika live music udah di mulai, dan sudah menuju lagu yang agak-agak rancak dan enak buat goyang, maka tanpa malu-malu anjing lagi, kita bertiga ikut bergoyan berbaur sama yang lain. Wow...nikmat banget rasanya bisa jingkrak-jingkrak. Saat itu mulai deh apa yang aku sebut di awal cerita bahwa kita ”manusia tidak punya malu” itu berlaku. Aku, Ipul dan Patkey mulai joget dengan gaya yang aneh-aneh. Mengundang perhatian. Ada yang joget sambil jongkok-jongkok, trus lagu R & B di jogetin kayak tari jaipongan, pokoknya gaya kita aneh-aneh. Patkey tidak mau ketinggalan, dia mengeluarkan gaya Pantomim andalanya. Jadi lah waktu itu kita jadi bintang lapangan di depan panggung. Orang-orang tepuk tangan melihat kita. Sebenarnya mereka bukan kagum pada atraksi kita, tapi dari tatapan matanya jelas mengatakan kalo ” kasihan banget anak-anak itu” he he he. Tapi kita bangganya minta ampun.
Datang ke kafe, untuk dugem kemudian menjadi semacam kecanduan bagi kami. Kalo dalam seminggu nggak dugem, rasanya badan pegel-pegel,mual-mual, sariawan, bibir pecah-pecah, susah buang air besar. Bahkan keputihan...(lho!!!). akhirnya kita jadi semacam sakaw. Kalo pun saat itu lagi tidak ada duit (bayangkan betapa miskinnya kita waktu itu, untuk duit 10.000 rupiah aja nggak punya) kita rela di bela-belain minjem sana sini. Yang jadi sasaran tentu saja temen-temen yang kelihatan lagi kaya. Kita bisa melihat dari makanannya. Kalo makan di warung Cuma sama tempe dan kerupuk, brarti dia lagi kere juga. Tapi kalo di warung makan dia rela mengambil daging ayam, brarti dia lagi punya duit. He he he. Pokoknya yang penting kita bertiga bisa dugem.
Saking niatnya dugem, sampe-sampe sebelum berangkat patkey minta ”gladi bersih” dulu untuk dance-dance nya (segitunya ya??). pokoknya jangan sampe nanti kita salah gerakan. Ha ha ha ha.... jadilah kita latihan gerakan aneh-aneh. Dari rol depan, rol belakang, kayang dll. Mirip menghadapi lomba goyang dangdut untuk 17 agustusan. Tentu saja pakaian kita saat itu sudah segaul mungkin. Yang sebelumnya aku adalah manusia tanpa assesoris, malem itu aku pake kalung, dan rantai menjuntai dari dompet ke pinggang.saat itu lagi tren memang.
Berangkatlah kita. Masih seperti biasa, kita bertiga satu motor. Dasar kere!!!
Sampai di astro kafe, ternyata sepi.walau tidak sepi-sepi banget. Tapi live music tetep di mainkan. Kita pun duduk dan menikmati live musik yang masih memutar lagu-lagu slow dan mellow. Tiba-tiba muncul dari pintu masuk, tiga orang cewek gaul yang tentu saja cantik dan sexy-sexy. Kebetulan mereka mengambil tempat duduk tak jauh dari kami bertiga duduk. Kami pun jadi blingsatan. Berebut cari perhatian mereka. Ketika music sudah agak enak untuk ber ajojing, kita bertiga turun mendekati stage. Kita bergioyang dengan asyik. Tapi ternyata baru kita sadari bahwa yang joget2 di bawah panggung ternyata hanya kita bertiga dan menjadi tontonan orang-orang se kafe. Tapi karna kepalang tanggung, kita tetep aja goyang. Semua gerakan yang kita sebelumnya latihan kita keluarkan. Tentu dengan tanpa rasa malu-malu.
Mungkin bagi yang melihat kita waktu itu mengira kita bertiga adalah remaja mabuk. Krna gerakan kita jelas-jelas tidak nyambung dengan musik R & B yang di mainkan band di atas panggung. Semula kami berpikir, lama-lama akan ada orang yang mengikuti kami menuju depan panggung untuk bergoyang. Tapi sampai mendekati selesai, nggak ada yang ikut melantai. Semua Cuma menonton aksi kami bertiga. Ada yang ketawa cekikikan, ada yang geleng-geleng kepala, ada yang memalingkan muka, mungkin karna ikut malu.
Akhirnya kami memutuskan untuk pulang, sebelum acara selesai. Biar orang-orang yang dateng tidak melihat wajah kita dalam keadaan terang. Kita sudah terlanjur malu. Apa lagi sama 3 cewek sexy yang duduk dekat kita.
Sial rupanya emang sengaja dateng pada kita. Sesampainya di tempat parkir, motor butut yang membawa kita bertiga mogok. Susah di stater. Bergantian kita nyetarter, tapi nggak jalan-jalan juga. Setelah 15 menit motor itu baru bisa jalan. Maka kita pun segera pulang berboncengan tiga.
Di perempatan lampu merah kita berhenti. Dasar motor lagi nggak bersahabat, maka di situ motor mati lagi. Tiba-tiba di sebelah kami berhenti mobil sedan warna hitam. kaca depan dan belakang terbuka, dan tampaklah penumpang sedan itu. Mereka adalah 3 cewek kece yang tadi di cafe. Mereka cekakak cekikik melihat kami bertiga dengan mandi keringat sedang berusaha menyalakan motor. Dari dalem mobil sedan terdengar celetukan dari cewek-cewek sexy itu :
”kebanyakan goyang sih mas....ha ha ha”
Kompak banget mereka menertawakan kita.
Betapa malu nya kita bertiga. Mulai saat itu, kita jadi agak males-malesan dugem lagi.
bujang
Aku selalu manjawab ‘aku akan Nikah!, tapi belum tahu kapan. Kalo bisa sih secepatnya’. Itulah jawaban dari pertanyaan yang aku maksud tadi. Pertanyaan yang muncul ketika aku berkumpul bersama temen-temen sekolah, temen-temen kuliah, temen-temen maen, temen-temen nongkrong yang rata-rata dari mereka sudah menikah. Dan ada beberapa yang sudah punya anak.
Ikhwan Saefulloh. Itu adalah temen terdekatku. Bisa di anggep sebagai tutup ketika aku sebagai tumbu. Dia yang selama hampir 8 tahun slalu bersama ku, baik dalam duka maupun dalam duka (he he he, gak ada suka nya). Setelah bersama-sama kita menyandang status ”bujang” (dalam artian sosiologis, bukan dalam arti biologis) akhirnya pada bulan agustus tahun 2008, dia mempersunting putri cantik untuk menemani hidupnya. Beruntunglah dia, dan semakin terpuruklah diriku. Karna pada waktu itu, bahkan calon tetap pun belum ada.
Sebelumnya sahabat-sahabat sekolahku dulu, Andri, Wahyu, Feri, Vico, secara bergantian mereka melepas masa lajangnya. Juga Nanang Budianto, sahabat yang juga saudara ku bahkan sudah punya bidadari kecil bernama ”Calista Rafa Interisti” yang menurut dia nama itu mempunyai arti ”gadis cantik pemuja Inter Milan” .
Dan yang paling Up Date, sahabatku yang dari dulu selalu seiya sekata, dan yang menamani status ”bujang” ku, akhirnya akan merencanakan pernikahan juga. Dia Hendi Wijanarko. Sering aku panggil dengan sebutan ”patkey” tahu kan, tokoh babi di film ”kera sakti”??. Dia akan menikah bulan Juli nanti. Artinya dalam dua bulan ini, dia sedang sibuk-sibuknya ancang-ancang untuk meninggalkan aku seorang diri dengan status ’bujang’ ku......
Lahir batin aku siap menikah...
Sumpah!!
Berbagai buku tentang pernikahan, tentang bagaimana jadi suami yang ideal sudah aku baca. Semua semata-mata untuk mempersiapkan mental ku. Dan sekarangpun aku sudah sangat-sangat siap menjadi suami ideal dan bertanggung jawab.
Gambaran menjadi suami, jadi imam dari istriku, gambaran tentang wanita hamil, anak kecil, rumah mungil tapi penuh kehangatan, sepertinya tiada henti menari-nari dalam setiap menjelang tidurku. Semua terasa betapa indahnya, betapa lucunya... dan itu akan terjadi beberapa saat nanti. Dalam waktu dekat ini.
Aku melihat diriku kini, betapa manis(narsis banget !!!) dan betapa miris, seorang lelaki berusia hampir 29 tahun, masih tetap aja bujang.
Tapi tenang saja, dalam waktu dekat kawan!! Sebentar lagi, di HP kalian akan muncul SMS,
”bapak ibu ku mau ”ngunduh mantu”, dateng ya, di rumahku!!!”