Aku punya dua orang temen deket yang tengah berpacaran. Bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan dalam waktu dekat. Rian nama cowoknya, dan Bintang nama ceweknya. Aku merasakan mereka adalah pasangan paling Ideal saat ini. Cowoknya ganteng, dan ceweknya cantik. Mereka berdua sama-sama teman dekatku. Dan yang menyatukan mereka jadi sepasang kekasihpun aku. Dalam bahasa gaulnya aku sebagai ”Pak comblang” (karna cowok jadinya pak, kalo cewek kan ’makcomblang’ )
Suatu hari, Bintang mengajak ku ketemuan di sebuah kafe. Dia bilang dia pengen curhat ke aku, tentang hubunganya dengan Rian.
Malem itu aku dateng sendiri ke Our’s Cafe, di daerah Candi Asri Semarang. Tempatnya memang nyaman sekali. Bangunan kuno jaman Belanda memang sangat artistik. Belum lagi view nya, lampu-lampu kota semarang yang gemerlapan. Musik yang di putar di cafe ini pun sangat soft. Enak di denger dan nyaman. Aku mengambil tempat duduk di luar, sambil menikmati pemandangan kota Semarang.
Nggak berapa lama, Bintang pun datang. Dengan senyumnya yang manis, dia tetap terlihat bersinar. Dia pun duduk manis di depan ku.
Setelah lama ngobrol basa-basi saling menanyakan kabar, kita pun mulai masuk ke pokok pembicaraan.
”aku bingung musti gimana Di” katanya mulai curhat
”yee, kamu aja bingung apa lagi aku. Ya udah critain aja” jawabku.
“begini, kamu kan tahu sendiri, sebelum pacaran sama Rian sebelumnya aku pacaran sama mas Wahyu sudah 2 tahun. Nah, ngerti sendiri lah, dulu hubunganku sama mas Wahyu seperti apa. Udah sedekat apa. Hari gini gitu loh”
“ngerti apanya? Ya kalo kamu nggak cerita aku nggak bakalan ngerti” kataku pura-pura bego aja.
“pada intinya begini. Aku dan Rian sudah sepakat mau menikah. Dalam waktu deket, dia akan segera melamar aku. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di hati aku. Terus terang Di, aku sudah ’nggak Virgin’. Nah itu yang mengganjal di hati aku. Haruskah aku jujur ke Rian untuk masalah ini, ataukah aku harus berbohong? Aku takutnya apabila aku jujur, maka dia akan meninggalkanku. Kalo aku bohong, dan ketahuan pada saat malam pertama kami, akan lebih hancur lagi. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti, kalo dia tahu aku bohong padanya. Kamu tahu kan, hal itu bagi sebagian laki-laki masih sangat penting dan di agungkan? Aku tahu semua yang aku lakuin di masa lalu adalah salah. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Semua sudah terjadi. Menyesalpun rasanya sudah sia-sia, dan nggak ada gunanya. Trus aku musti bagaimana di?”
Bintang bercerita sambil matanya basah menahan air mata. Aku tahu itu sangat berat. Aku coba untuk mengerti dan paham. Aku diem sejanak. Aku menarik nafas dalam-dalam, dan tak lupa aku hembuskan lagi. He he he bayangin aja kalo narik napas dalam-dalam, tapi lupa nggak di hembuskan lagi......
Aku mulai ngasih pendapat ke dia pelan-pelan. Menurut versi ku.
“ aku tahu ini sangat berat buat kamu. Menurut aku, kalo kamu sudah berani berbuat, kamu pun harus berani menanggung konsekuensi dari apa yang kamu lakuin. Memang tidak mudah. Tapi semua butuh kejujuran, dengan sejujur-jujurnya. Dan itu harus di mulai sekarang. Sebelum kalian menikah. Apapun reaksi Rian atas kejujuran kamu, semua itu bagian dari resiko atau pertanggung jawaban atas semua yang pernah kamu lakukan. Kalo memang kamu harus kehilangan Rian, anggep saja Rian bukan yang terbaik buat kamu. Kalo dia memang yang terbaik, pasti dia mau menerima kamu dalam keadaan apapun. Jadi mending kalian bicarakan berdua sebelum semua melangkah lebih jauh.”
Sok bijak banget ya aku. Tapi ya itulah aku. selalu mengamalkan Pancasila dan UUD 45 serta P-4. (lho!!!! Apa hubunganya??) yang jelas bijaksana gitu lah.....he he he
Bintang mau menerima semua saranku. Dia akan mencoba mengkomunikasikan bersama Rian. Dia pun sudah bertekad, apapun yang akan terjadi akan dia hadapi,. Dan kita berdua pun pulang ke tempat tinggal masing-masing.
Seminggu kemudian, Rian datang ke kost mengagetkanku yang tengah ”bobo Manis”. Dari pancaran wajahnya terlihat sebuah beban yang sangat berat. Tapi sedikit banyak aku tahu apa yang akan dia curhatin ke aku. inilah resiko jadi Pak comblang.
”Di, bangun dong, ada yang pengen aku omongin ke kamu. Penting banget” katanya memelas. Membuat aku pun jadi iba, dan beranjak bangun ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian aku dan Rian sudah berada di Our’s Cafe. Dan sengaja aku pilih tempat duduk yang tempo hari jadi tempat Bintang Curhat ke aku. Posisi duduknya pun sama. Waktu itu aku serasa menjadi penasihat Perkawinan yang Arif dan Bijaksana. He he he.....
Setelah memesan minum dan seperti biasa, saling menanyakan kabar, dia pun langsung aku suruh cerita masalahnya.
”Masalah ini menyangkut keutuhan hubungan kami Di. Aku nggak tahu harus bagaimana, dan seperti apa, menghadapi ini semua. Kemaren tiba-tiba Bintang melakukan pengakuan dosa padaku. Dia bilang ke aku sejujurnya, kalo dia sudah tidak perawan. Itulah masalah terberatku. Dari dulu kan kamu tahu, aku pengen istriku nanti masih di’segel’. Tapi ternyata Bintang tidak seperti yang aku harapkan. Aku bingung Di. Haruskah aku memutuskan hubungan ini? Dan mencari yang masih Virgin?”
Persis seperti yang aku duga sebelumnya.dan tentu saja aku pun sudah mempersiapkan jawaban yang tepat untuk masalah ini.
Aku kembali menarik napas panjang, dan tak lupa menghembuskannya lagi. Dan mulailah aku beraksi.
”Rian, sebelumnya aku tanya, dan tolong jawab dengan jujur. Apa kamu masih perjaka? Apa kamu pernah ML? ” tanyaku, dan dia pun mengangguk pelan. Aku jadi bingung. Menganguk pertanyaan yang pertama apa yang kedua? Akhirnya aku tanya satu aja.
”kamu dah pernah ML?”
” yaa.....” jawabnya pelan dan singkat. Dan itu jawaban seperti yang aku duga dan aku rencanakan.
”Logikanya, kalo kamu juga sudah tidak perjaka, masa kamu nggak mau menerima yang sudah tidak perawan? Jangan egois gitu dong. Oke deh. Aku tahu hal ini emang berat banget. Tapi kamu pun nggak boleh emosional. Tetap lah di pikir secara rasional. Emangnya cinta dan kasih sayang bisa di nilai dari selembar selaput yang kita sendiri belum tau seperti apa bentuknya? Nggak kan? Kamu lebih memilih istri wanita Virgin tapi menyakitkan apa wanita yang sudah nggak Virgin tapi membuatmu nyaman seumur hidupmu??”
Aku menarik napas dalam lagi menunggu jawaban Rian. Tapi Rian tetap diam. Akhirnya aku lanjutkan ucapanku.
“ nggak usah kamu jawab pun aku sudah tahu, kamu pasti pilih yang ke dua. Begitu juga dengan Bintang. Aku tahu Bintang tulus banget mencintai kamu. Satu nilai plus dari dia, dia berani jujur sama kamu walau itu menyakitkan. Tahu gak, kalo kunci kebahagiaan dalam berumah tangga adalah kejujuran? Dan Bintang sudah memulainya. Tinggal bagaimana kamu menyikapi kejujuran nya. Sekarang seandainya kamu memutuskan untuk meninggalkan Bintang, apa sudah bisa di jamin kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari Bintang? Siapa tahu kamu malah dapet yang sama-sama tidak Virgin, tapi dia jujur padamu setelah kalian menikah? Apa yang akan kamu lakukan? Malah tambah kacau kan? Menurutku, sekarang renungkan dan pikirkan baik-baik. Berusahalan untuk bisa Ikhlas. Pasti ada hikmah di balik ini semua. Kunci Sukses Hidup ini hanya ’IKHLAS’ dan ’SYUKUR’. Kamu harus bersyukur mendapat wanita secantik dan sebaik Bintang”
Rian tetap diam sampai waktu kita berdua pulang. Tapi aku tahu kalo dia memikirkan semua yang aku ucapkan. Aku pun tidak peduli akan hasilnya nanti akan seperti apa. Paling tidak aku sudah menempatkan posisiku sebagai Sahabat yang baik.
Beberapa bulan setelah itu, aku nggak pernah dapat kabar tentang hubungan Bintang dan Rian. Aku nggak tahu apa mereka masih jalan, ataukah memutuskan untuk berpisah.
Tapi pagi itu aku bisa tersenyum lega ketika mendapat selembar undangan pernikahan bertuliskan nama Bintang dan Rian.
Aku salut pada Rian. Akhirnya dia menguasai juga ilmu Ikhlas. Sedang aku???? baru bisa ngomong panjang dan sok bijaksana. Ntah Bagaimana seandainya aku di hadapkan pada masalah yang sama??? Aku pun belum tentu tahu harus berbuat apa...
Bagaimana dengan kalian???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar