28 Mei 2009

cerita tentang pigura...


Dari seluruh sisi kehidupan seorang Lulut Yekti Adi,(itu nama asliku!!!), tidak ada yang lebih menakutkan daripada ancaman D.O. (drop out) dari kampus Unnes.
Pagi itu adalah pagi terburuk selama hidupku. Ketika temenku Untung Kurniawan memberikan surat yang di tandatangani langsung oleh Pak Rektor, untuk kami berdua. Iya, untuk aku dan iPul. Kami memang kompak dalam segala hal. Seperti kata iPul, kami sudah bagaikan Abdel dan Temon. Sampe-sampe kuliah pun kompakan untuk sama-sama nyantai. Bayangin, 15 Semester bukan waktu yang sebentar untuk mendiami sebuah kampus di pinggiran semarang. Perubahan peradaban kampus pun telah kami alami. Dari mulai kampus yang masih becek, nggak ada ojek, sampai dengan kafe dengan free hot spot marak di mana-mana. Yang jelas kami pun mengalami sejarah terbesar kampus tersebut. Waktu kami masuk, kampus itu bernama IKIP SEMARANG. Setelah kami setahun di situ, tepatnya di tahun 2000, barulah kampus itu berubah nama menjadi UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG. Jadi kami memang produck IKIP.

Surat dari Bapak Ari Tri Sugito itu, berisi ancaman D.O untuk semua mahasiswa angkatan 1999 dan 2000, apabila tidak bisa menyelesaikan kuliah dalam waktu satu semester lagi. Walaupun masih berbaik hati memberikan waktu satu semester, tapi bagi kami itu masih saja mengerikan. Lebih mengerikan dari pada film Jelangkung Ketemu Pocong Naek Kereta Api Hantu Manggarai.

Aku bingung. iPul pun bingung. Walau sebenarnya langkah kami menuju luluspun tinggal 30%. Aku dan iPul sama-sama mengambil Proyek Study sebagai pengganti Skripsi, karena di Jurusan kami (Seni Rupa & Desain) boleh memilih skripsi maupun proyek study (pameran karya seni). Aku mengambil tema Fotografi, itu sudah maksimal sekali dari apa yang aku bisa. Judulnya ”Ekspresi Anak-Anak dalam Karya Seni Fotografi”. Pengambilan karya pun sudah aku lakukan sejak tahun 2 tahun yang lalu. Cuma ntah kenapa rasa males-malesan lah yang selalu dominan sehingga aku selalu menunda-nunda untuk menyelesaikan kuliah. Aku juga nggak bisa membayangkan betapa sedihnya ibu dan bapak ku di rumah kalo tahu anaknya yang paling manis ini terancam di tendang dari kampus. (oooohhhhhhhh!!!!!)

Yang jelas mulai hari itu, aku dan iPul mendadak jadi rajin sekali ke kampus. Tiap hari menghadap dosen. Caci maki dari dosen pun kami terima dengan lapang dada. Adek-adek kelas yang jarang liat tampang kita pun memangdang dengan tatapan aneh. Aku sudah bisa nebak apa yang ada di pikiran mereka ”udah om-om kok masih ke kampus”. Tapi kami cuek aja. Demi masa depan!!.

Hari-hari aku lalui dengan bersemangat. Bersemangat banget malah. Bab demi bab laporan kami konsultasikan tak kenal waktu. Dari pagi-siang-sore-malam-pagi
lagi-siang lagi-malam lagi... kami datangi dosen pembimbing ku. Karya demi karya pun jadi berkat pertolongan dan bantuan dari teman-teman. Makhjudin Zein yang akrab di panggil Udin, dialah temen yang membantu penyelesaian karya-karya foto ku. Bahkan Udin lah guru Fotografiku. Aku mengenal dan belajar mencintai Fotografi dari seorang Udin. Teng kyu Bro!!!

Bulan September tiba. Semua Bab telah terselesaikan.Pak Ruswondho sebagai dosen pembimbingku sangat-sangat membantu dan mempermudah ku. Aku yakin suatu saat Allah akan membalas semua budi baiknya. Tinggal satu step lagi yang harus aku lewati. Pameran. Bukan pameran Charles maupun Pameran Diponegoro. Tapi Pameran Karya Fotografi ku. Karya sudah siap. Hanya tinggal satu hal yang masih jadi beban pikiran ku. Setahun yang lalu aku udah memesan Bingkai atau Pigura di tempat pak Pri. Tapi sampai hari ini belum juga aku ambil. Alasanya hanya satu. Duitku habis. Untuk nyetak karya, untuk foto kopi dan jilid, untuk segala hal yang berhubungan dengan pameran. Aku bingung. Bingung banget malah.

Malem itu aku bingung sendirian. Aku lihat iPul masih tenang-tenang aja. Dia seakan-akan tidak mau tahu akan kebingunganku. Dia cuek aja melihat sahabatnya kelabakan nggak punya duit untuk mengambil pigura. Waktu Pameran tinggal dua hari lagi. Itu artinya, besok semua karya harus sudah di kemas dan di pasang di ruang pamer.

Tanpa menghiraukan iPul yang sedang asyik nonton tipi, malam itu aku pergi ke tempat saudaraku di daerah Ungaran, berniat untuk meminjam duit. Dengan motor Honda Astrea Grand th ’97 ‘soulmate” ku, aku pun menyusuri jalan dengan perasaan gundah gulana putra petir. (he he he, itu mah gundala putra petir). Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, kembali aku harus kecewa bukan buatan. Saudaraku ternyata lagi nggak ada di rumah. Mereka sekeluarga sedang pulang kampung ke Banjarnegara. Kembali aku bingung. Aku putuskan untuk ke rumah temenku Lilik Noviarto, yang dua hari lagi juga akan Pameran bersamaku. Di rumah Lilik di daerah Tlogosari, aku lihat dia tengah mengemas karya. Rona kecapekan aku lihat di wajah anak itu. Sebelum aku mengutarakan maksudku untuk meminjam duit untuk mengambil Pigura, Lilik lebih dulu curhat ke aku, tentang kebingungan dirinya menghadapi pameran besok. Karena untuk mengadakan event pameran juga di perlukan duit yang tidak sedikit. Aku pun mengurungkan niatku untuk meminjam duit. Sempat aku berpikir untuk minta lagi ke Ibu ku, atau minjam ke kakakku, tapi aku sudah terlanjur terlalu banyak membebani mereka, karena semua biaya persiapan pameran pun aku sudah banyak meminta dari mereka....

Malam itu, dengan perasaan yang tidak bisa aku bayangkan aku pulang ke kost ku di daerah Veteran. Sesak sekali dada ini rasanya. Membayangkan apa yang aku lakukan besok. Waktu yang tidak mau kompromi bahkan untuk satu detikpun, terus saja berjalan. Aku merasakan dunia ini seakan-akan menjadi padang pasir yang sangat luas. Di situ tidak aku temui seorangpun yang mau membantu. Kelulusan yang sudah ada di depan mata, terancam hilang hanya karena gagal berpameran. Hatiku sudah mendahului menangis. Wajah lembut ibu ku terus terbayang di hadapanku. Aku tidak mau wajah yang tersenyum itu berubah jadi kesedihan. Aku sayang sekali sama ibu ku....dan aku sedih....

Sampainya di kost, aku lihat kamar sudah gelap. Tandanya iPul, teman satu kamarku sudah lelap tertidur. Aku masuk pelan ke kamar, dan menghidupkan lampu. Betapa terkejutnya aku ketika di dekat pintu kamar tergeletak 16 buah pigura yang aku pesan dari tempat pak Pri. Semua sudah jadi dan siap mengemas 16 karya Fotografiku. Adalah Ikhwan Saefulloh alias iPul, teman yang tadi sempat aku anggap tidak mau tahu urusanku, ternyata dia tanpa sepengetahuanku membantuku mengambil kan pigura itu. Semua di lakukannya semata-mata ingin membantuku. Aku menyesal telah berburuk sangka padanya...

Aku tidak bisa menerjemahkan perasanku pada saat itu. Air mata ku meleleh pelan tanpa aku sadari. Aku menatap iPul yang tengah tertidur lelap dengan posisi pistol (meringkuk) andalanya. Ingin rasanya aku memeluknya. Seperti itulah sahabat yang sesungguhnya.

”Pul, aku Yakin, Allah pasti akan memberikan semua yang terbaik untukmu.....”

nggak virgin??

Aku punya dua orang temen deket yang tengah berpacaran. Bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan dalam waktu dekat. Rian nama cowoknya, dan Bintang nama ceweknya. Aku merasakan mereka adalah pasangan paling Ideal saat ini. Cowoknya ganteng, dan ceweknya cantik. Mereka berdua sama-sama teman dekatku. Dan yang menyatukan mereka jadi sepasang kekasihpun aku. Dalam bahasa gaulnya aku sebagai ”Pak comblang” (karna cowok jadinya pak, kalo cewek kan ’makcomblang’ )

Suatu hari, Bintang mengajak ku ketemuan di sebuah kafe. Dia bilang dia pengen curhat ke aku, tentang hubunganya dengan Rian.
Malem itu aku dateng sendiri ke Our’s Cafe, di daerah Candi Asri Semarang. Tempatnya memang nyaman sekali. Bangunan kuno jaman Belanda memang sangat artistik. Belum lagi view nya, lampu-lampu kota semarang yang gemerlapan. Musik yang di putar di cafe ini pun sangat soft. Enak di denger dan nyaman. Aku mengambil tempat duduk di luar, sambil menikmati pemandangan kota Semarang.
Nggak berapa lama, Bintang pun datang. Dengan senyumnya yang manis, dia tetap terlihat bersinar. Dia pun duduk manis di depan ku.
Setelah lama ngobrol basa-basi saling menanyakan kabar, kita pun mulai masuk ke pokok pembicaraan.
”aku bingung musti gimana Di” katanya mulai curhat
”yee, kamu aja bingung apa lagi aku. Ya udah critain aja” jawabku.
“begini, kamu kan tahu sendiri, sebelum pacaran sama Rian sebelumnya aku pacaran sama mas Wahyu sudah 2 tahun. Nah, ngerti sendiri lah, dulu hubunganku sama mas Wahyu seperti apa. Udah sedekat apa. Hari gini gitu loh”
“ngerti apanya? Ya kalo kamu nggak cerita aku nggak bakalan ngerti” kataku pura-pura bego aja.
“pada intinya begini. Aku dan Rian sudah sepakat mau menikah. Dalam waktu deket, dia akan segera melamar aku. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di hati aku. Terus terang Di, aku sudah ’nggak Virgin’. Nah itu yang mengganjal di hati aku. Haruskah aku jujur ke Rian untuk masalah ini, ataukah aku harus berbohong? Aku takutnya apabila aku jujur, maka dia akan meninggalkanku. Kalo aku bohong, dan ketahuan pada saat malam pertama kami, akan lebih hancur lagi. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti, kalo dia tahu aku bohong padanya. Kamu tahu kan, hal itu bagi sebagian laki-laki masih sangat penting dan di agungkan? Aku tahu semua yang aku lakuin di masa lalu adalah salah. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Semua sudah terjadi. Menyesalpun rasanya sudah sia-sia, dan nggak ada gunanya. Trus aku musti bagaimana di?”
Bintang bercerita sambil matanya basah menahan air mata. Aku tahu itu sangat berat. Aku coba untuk mengerti dan paham. Aku diem sejanak. Aku menarik nafas dalam-dalam, dan tak lupa aku hembuskan lagi. He he he bayangin aja kalo narik napas dalam-dalam, tapi lupa nggak di hembuskan lagi......
Aku mulai ngasih pendapat ke dia pelan-pelan. Menurut versi ku.
“ aku tahu ini sangat berat buat kamu. Menurut aku, kalo kamu sudah berani berbuat, kamu pun harus berani menanggung konsekuensi dari apa yang kamu lakuin. Memang tidak mudah. Tapi semua butuh kejujuran, dengan sejujur-jujurnya. Dan itu harus di mulai sekarang. Sebelum kalian menikah. Apapun reaksi Rian atas kejujuran kamu, semua itu bagian dari resiko atau pertanggung jawaban atas semua yang pernah kamu lakukan. Kalo memang kamu harus kehilangan Rian, anggep saja Rian bukan yang terbaik buat kamu. Kalo dia memang yang terbaik, pasti dia mau menerima kamu dalam keadaan apapun. Jadi mending kalian bicarakan berdua sebelum semua melangkah lebih jauh.”
Sok bijak banget ya aku. Tapi ya itulah aku. selalu mengamalkan Pancasila dan UUD 45 serta P-4. (lho!!!! Apa hubunganya??) yang jelas bijaksana gitu lah.....he he he
Bintang mau menerima semua saranku. Dia akan mencoba mengkomunikasikan bersama Rian. Dia pun sudah bertekad, apapun yang akan terjadi akan dia hadapi,. Dan kita berdua pun pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Seminggu kemudian, Rian datang ke kost mengagetkanku yang tengah ”bobo Manis”. Dari pancaran wajahnya terlihat sebuah beban yang sangat berat. Tapi sedikit banyak aku tahu apa yang akan dia curhatin ke aku. inilah resiko jadi Pak comblang.
”Di, bangun dong, ada yang pengen aku omongin ke kamu. Penting banget” katanya memelas. Membuat aku pun jadi iba, dan beranjak bangun ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian aku dan Rian sudah berada di Our’s Cafe. Dan sengaja aku pilih tempat duduk yang tempo hari jadi tempat Bintang Curhat ke aku. Posisi duduknya pun sama. Waktu itu aku serasa menjadi penasihat Perkawinan yang Arif dan Bijaksana. He he he.....
Setelah memesan minum dan seperti biasa, saling menanyakan kabar, dia pun langsung aku suruh cerita masalahnya.
”Masalah ini menyangkut keutuhan hubungan kami Di. Aku nggak tahu harus bagaimana, dan seperti apa, menghadapi ini semua. Kemaren tiba-tiba Bintang melakukan pengakuan dosa padaku. Dia bilang ke aku sejujurnya, kalo dia sudah tidak perawan. Itulah masalah terberatku. Dari dulu kan kamu tahu, aku pengen istriku nanti masih di’segel’. Tapi ternyata Bintang tidak seperti yang aku harapkan. Aku bingung Di. Haruskah aku memutuskan hubungan ini? Dan mencari yang masih Virgin?”
Persis seperti yang aku duga sebelumnya.dan tentu saja aku pun sudah mempersiapkan jawaban yang tepat untuk masalah ini.
Aku kembali menarik napas panjang, dan tak lupa menghembuskannya lagi. Dan mulailah aku beraksi.
”Rian, sebelumnya aku tanya, dan tolong jawab dengan jujur. Apa kamu masih perjaka? Apa kamu pernah ML? ” tanyaku, dan dia pun mengangguk pelan. Aku jadi bingung. Menganguk pertanyaan yang pertama apa yang kedua? Akhirnya aku tanya satu aja.
”kamu dah pernah ML?”
” yaa.....” jawabnya pelan dan singkat. Dan itu jawaban seperti yang aku duga dan aku rencanakan.
”Logikanya, kalo kamu juga sudah tidak perjaka, masa kamu nggak mau menerima yang sudah tidak perawan? Jangan egois gitu dong. Oke deh. Aku tahu hal ini emang berat banget. Tapi kamu pun nggak boleh emosional. Tetap lah di pikir secara rasional. Emangnya cinta dan kasih sayang bisa di nilai dari selembar selaput yang kita sendiri belum tau seperti apa bentuknya? Nggak kan? Kamu lebih memilih istri wanita Virgin tapi menyakitkan apa wanita yang sudah nggak Virgin tapi membuatmu nyaman seumur hidupmu??”
Aku menarik napas dalam lagi menunggu jawaban Rian. Tapi Rian tetap diam. Akhirnya aku lanjutkan ucapanku.
“ nggak usah kamu jawab pun aku sudah tahu, kamu pasti pilih yang ke dua. Begitu juga dengan Bintang. Aku tahu Bintang tulus banget mencintai kamu. Satu nilai plus dari dia, dia berani jujur sama kamu walau itu menyakitkan. Tahu gak, kalo kunci kebahagiaan dalam berumah tangga adalah kejujuran? Dan Bintang sudah memulainya. Tinggal bagaimana kamu menyikapi kejujuran nya. Sekarang seandainya kamu memutuskan untuk meninggalkan Bintang, apa sudah bisa di jamin kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari Bintang? Siapa tahu kamu malah dapet yang sama-sama tidak Virgin, tapi dia jujur padamu setelah kalian menikah? Apa yang akan kamu lakukan? Malah tambah kacau kan? Menurutku, sekarang renungkan dan pikirkan baik-baik. Berusahalan untuk bisa Ikhlas. Pasti ada hikmah di balik ini semua. Kunci Sukses Hidup ini hanya ’IKHLAS’ dan ’SYUKUR’. Kamu harus bersyukur mendapat wanita secantik dan sebaik Bintang”

Rian tetap diam sampai waktu kita berdua pulang. Tapi aku tahu kalo dia memikirkan semua yang aku ucapkan. Aku pun tidak peduli akan hasilnya nanti akan seperti apa. Paling tidak aku sudah menempatkan posisiku sebagai Sahabat yang baik.

Beberapa bulan setelah itu, aku nggak pernah dapat kabar tentang hubungan Bintang dan Rian. Aku nggak tahu apa mereka masih jalan, ataukah memutuskan untuk berpisah.
Tapi pagi itu aku bisa tersenyum lega ketika mendapat selembar undangan pernikahan bertuliskan nama Bintang dan Rian.

Aku salut pada Rian. Akhirnya dia menguasai juga ilmu Ikhlas. Sedang aku???? baru bisa ngomong panjang dan sok bijaksana. Ntah Bagaimana seandainya aku di hadapkan pada masalah yang sama??? Aku pun belum tentu tahu harus berbuat apa...

Bagaimana dengan kalian???

27 Mei 2009

naura......


Seperti orang bilang, sekeras apapun batu karang itu, kalo tiap hari di hantam ombak,suatu saat akan tumbang juga. Begitupun betapa kerasnya hati seseorang , kalau kita tidak kenal lelah dalam mendekatinya, suatu saat pasti akan luluh juga.
Namanya Naura. Lengkapnya Naura Ayudia Ramadhani. Dia Cantik, cantik banget malah. Tatapan matanya berbinar cerdas. Membuat aku tidak pernah bosan menatapnya. Apa lagi suara tawanya yang khas, manja, membuat aku selalu inget siang malam....sebegitunya....
Hari itu adalah hari pertama dia masuk sekolah di TK & Playgroup PRIMAGAMA PURWOKERTO, di mana aku mencari butiran-butiran nasi. Dengan di antar sama bapak dan ibu nya, Naura yang baru bernafas di dunia ini selama dua setengah tahun, nampak begitu gembira nya dapat bersekolah di TK & Playgroup Primagama. Tas warna pink yang bergelanyut di punggung nya menambah kesempurnaan Balita itu. Begitu dia masuk sekolahan, para bunda-bunda (pengajar di TK & Playgroup primagama) sudah menyambutnya. Naura tersenyum. Senyum yang khas. Manis sekali.
Tapi ketika aku akan mendekatinya, dia menghindar. Entah malu, takut, khawatir, paranoid, trauma atau apa aku tidak tahu. Yang jelas, dia memalingkan wajahnya. Aku jadi berpikir, ada apa dengan diriku? Selama aku bekerja yang berhubungan dengan anak-anak, perasaan mereka enjoy-enjoy aja dengan ku. Di Pamulang dulu, seorang gadis cilik bernama Vania malah begitu dekatnya denganku. Sampai-sampai kalo dia sedang ikut mamanya belanja ke mall, dan bila dia di beliin sesuatu, Vania pasti bilang ke mamanya, ”Pak Adi di beliin juga dong ma... (segitunya)”.
Ada juga Nadia, walaupun dia sudah di antar jemput oleh supir pribadinya, setiap pulang sekolah, dia lebih memilih untuk di antar oleh pak Adi ini. Hmmm.....
Temen-temen sekelas Naura yang lain juga asik-asik aja. Dinda, Uno, Livia, Zaky, Nabil, Naya, mereka semua bisa deket sama aku tanpa takut dan malu.
Lha ini, Naura yang malah aneh. Dia untuk sekedar berjabat tangan saja tidaklah mau. Apa wajahku yang manis (uppss...!!!) ini begitu menakutkan di mata dia? Apa dia takut dengan kacamataku? Bukankah dengan kaca mata ini aku lebih tampak seperti Clark Kent??? (ha ha ha ha ..jangan sirik lho!!!) entah lah, yang jelas, hari-hari selanjutnya Naura masih tetep nggak mau bersalaman. Apa lagi ngobrol-ngobrol denganku.
Tapi ternyata aku baru menyadari kalo selama ini, Naura juga ternyata sering mencuri-curi pandang padaku. Bukanya Ge Er, tapi memang begitu. Dan setiap ketahuan olehku kalo dia sedang mencuri pandang, dia selalu tertunduk malu. Dari situ aku jadi bisa mengerti, mungkin selama ini dia memang malu sama aku. Aku pun menanyakan hal itu pada ”mbak-nya” yang ngantar dia ke sekolah. Dan ternyata dia memang malu dan seperti takut sama makhluk hidup yang bernama laki-laki. Terutama yang sudah dewasa. Setelah di selidiki lebih lanjut, memang di lingkungannya, dia memang tidak terbiasa dengan cowok. Dia tidak punya om, atau kakak cowok yang dekat dengan dia..hmm, dia hanya butuh waktu saja.

Dua hari Naura tidak datang ke sekolah. Dia tidak bergabung bersama teman-teman yang lain, seperti Dinda, Uno, Livia, Zaky, Nabiel,dan si mungil Naya. Jadi kangen juga sama senyum dan ketawa Naura yang khas. Sebagai Kepala sekolah yang baik,dan selalu mengamalkan Dasa Darma Pramuka,(lho!!!) aku mencoba menelpon ke rumah nya, menanyakan ada apakah gerangan, Naura dua hari tidak berangkat ke sekolah terbaik di Kota ini. (ciee, promosi.....), tapi di rumahnya telpon tidak di angkat.
Pagi tadi, tiba-tiba aku dengar lagi tawa Naura yang khas. Dia datang. Bukan bersama ”mbak” yang biasa nganter, tapi dengan bapaknya. Waktu datang, seperti biasa dia tidak mau bersalaman, tapi pagi ini dia tidak memalingkan wajah. Bahkan dia memberikan ’senyum bidadari” nya padaku. Aku pun senang. Ketika jam istirahat dia tengah mandi bola, aku berusaha mendekatinya dan mencoba memberikan pertanyaan-pertanyaan kecil padanya, dan dia pun menjawab tanpa malu-malu... wah..lega rasanya hati ini....
Akhirnya waktu jam pulang sekolah, dia menghampiriku dan mengajak aku bersalaman. Damai......

Ah... Naura, akhirnya takluk juga....

dugem

Ini cerita terjadi sekitar 5 tahun yang lalu. Cerita tentang 3 orang yang bener-bener tidak punya malu.Yang pertama, Ikhwan Saefulloh, biasa aku panggil Ipul, orangnya tinggi, cool (kayak kulkas), ganteng, smart, egois, tapi ya itu, tidak punya malu. Orang ke dua adalah Hendi Wijanarko, aku dan Ipul memanggilnya dengan panggilan sayang ”patkey”. Merdu sekali bukan? Orangnya se tinggi aku, selalu mengembangkan senyum ”termanis” di bibirnya, dan rambutnya kawan......rambutnya ikal...binar matanya lucu (seperti pelawak Kadir). Pernah lihat petinju timur tengah yang bernama Naseem Hameed??? Nah Hendi punya tipikal wajah yang mirip dengan petinju itu. Dia tidak punya malu juga!!! Dan orang ke tiga nya adalah aku. Sudah tahu kan?? Kembaranya Tom Welling (pemeran clark kent di serial Smallville). He he he. Dan tentu saja sama seperti dua temenku tadi, “nggak punya malu”
Kalau aku dan Ipul datang dari daerah yang sama, ”Banjarnegara”, sedang Patkey brasal dari kota kecil di ujung barat Jawa Timur. ”Ngawi”.Aku dan Ikhwan, di Semarang dalam rangka kuliah di jurusan yang sama,”seni rupa & desain UNNES” dan kost di tempat yang sama pula. Kost “kon” namanya. Aneh ya namanya?? Kalo hendi datang ke Semarang buat bekerja. Dia kerja di Warnet Extramedia. Warnet resmi kampus. Dia lulusan Sekolah Favorit di Malang. Karena Ipul dan aku sering ke warnet, kami pun sepakat berteman. Bersahabat lebih tepatnya.
Kedatangan patkey sedikit banyak merubah kehidupan aku dan Ipul. Dulu kita menyandang sebagai mahasiswa Unnes yang katro dan Ndeso, karena letak geografisnya yang jauh dari peradaban. Dari namanya aja UNNES. Singkatan dari Universitas Nestapa. Ha ha ha. Tapi kedatangan patkey, telah memperkenalkan kami pada hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan.
Nongkrong di kafe. Keren banget kedengerannya waktu itu.
Awalnya Cuma ipul dan patkey yang mulai nongkrong berdua di kafe Hitam Putih di daerah sampangan. Selanjutnya di ajaklah aku. Kafe Hitam Putih menyajikan live musik dari band-band lokal kota Semarang. Lumayan lah, vokalisnya cantik-cantik. He he he.
Lama-lama kami bertiga Bosan dengan suasana kafe Hitam Putih, karena yang dateng rata-rata cowok. Gak ada pandangan yang bening. Paling cuma vokalis band nya doang, Risma, Imel, Eta dll.
Akhirnya kita berburu tempat nongkrong lain, nyari yang lebih sik-asik.
Waktu itu di Java Supermall ada Astro Kafe. Itulah sasaran kita selanjutnya. Waktu itu kita bertiga emang termasuk dalam kategori PMKH. Persatuan Mahasiswa Kere Hore. Kita hanya ada satu motor waktu itu, jadi kita menuju ke tempat ”dugem” dengan ”ceng-lu” bonceng telu. Alias bertiga satu motor. Tapi gak peduli, yang penting gayanya bung!!!!
Sampailah kita di Astro Kafe. Cover charge masuk tempat itu Cuma 10.000 rupiah. Dapet soft drink. Murah banget kan?, dengan modal 30.000 rupiah kita bisa dugem bertiga. Astro kafe emang sangat beda dengan kafe Hitam Putih. Di sini tempatnya luas, lampunya remang-remang dan gemerlap, yang dateng anak-anak gaul, ada tempat billiard & bowling nya juga. Wah, jadi semacam remaja ibu kota yang di tipi-tipi deh kita waktu itu.
Kita bertiga yang masih malu-malu anjing, mengambil tempat duduk di belakang. Sambil memandang waiters yang kesana kemari kayak bola billiard. Juga memandang orang-orang yang baru dateng dengan dandanan yang rata-rata gaul. Cewek-cewek tampil sexy. Kita sebagai mahasiswa katro yang memang jarang menyaksikan pemandangan seperti itu, matanya tidak henti-hentinya jelalatan. Kalo di biarkan lama-lama, air liurnya bisa netes-netes dimana-mana, dan banjir lah astro kafe..ha ha ha ha....
Live music pun di mulai. Dari mulai lagu yang slow, sampe musik-musik yang rancak mulai di pertontonkan oleh band top 40...orang-orang mulai merapat ke dekat stage untuk ikut bergoyang. Kami bertiga masih saja duduk di tempat, sambil jempol kaki nya saja yang ikut bergoyang. Malam itu kita lebih berperan sbagai pengamat.
Malam selanjutnya, seperti biasa, jam 10 malam,kita bertiga, dengan berboncengan satu motor menyusuri jalan dari daerah kampus UNNES menuju Astro Kafe. Tapi malam itu kita tampil sudah agak lain dari hari-hari sebelumnya. Malam itu kita tampil se gaul mungkin. Pake kaos ter bagus yang kita miliki dan pake sepatu kets.
Setelah sampai di dalem kafe, kita sudah bisa bergaya ’anak kafe” yang gaul, seakan-akan kita sudah akrab dengan Astro kafe. Kita pun mengambil tempat duduk agak di depan. Kebetulan maem itu tidak begitu ramai seperti malam-malam sebelumnya.
Ketika waiters datang menawarkan menu yang lain selain soft drink, kita bertiga dengan spontan dan kompak menyatakan tidak!! He he he, kelihatan banget kalo kere. Dapi memang, di samping kita memang niatnya Cuma nongkrong di kafe, kita juga memang nggak bawa perbekalan (duit) lebih. Emang pas-pas an. Di samping itu kita bertiga emang type remaja yang ”No Drugs & No Alkohol, lebih baik minum es cendol!!” jadi ya soft drink aja deh....
Ketika live music udah di mulai, dan sudah menuju lagu yang agak-agak rancak dan enak buat goyang, maka tanpa malu-malu anjing lagi, kita bertiga ikut bergoyan berbaur sama yang lain. Wow...nikmat banget rasanya bisa jingkrak-jingkrak. Saat itu mulai deh apa yang aku sebut di awal cerita bahwa kita ”manusia tidak punya malu” itu berlaku. Aku, Ipul dan Patkey mulai joget dengan gaya yang aneh-aneh. Mengundang perhatian. Ada yang joget sambil jongkok-jongkok, trus lagu R & B di jogetin kayak tari jaipongan, pokoknya gaya kita aneh-aneh. Patkey tidak mau ketinggalan, dia mengeluarkan gaya Pantomim andalanya. Jadi lah waktu itu kita jadi bintang lapangan di depan panggung. Orang-orang tepuk tangan melihat kita. Sebenarnya mereka bukan kagum pada atraksi kita, tapi dari tatapan matanya jelas mengatakan kalo ” kasihan banget anak-anak itu” he he he. Tapi kita bangganya minta ampun.
Datang ke kafe, untuk dugem kemudian menjadi semacam kecanduan bagi kami. Kalo dalam seminggu nggak dugem, rasanya badan pegel-pegel,mual-mual, sariawan, bibir pecah-pecah, susah buang air besar. Bahkan keputihan...(lho!!!). akhirnya kita jadi semacam sakaw. Kalo pun saat itu lagi tidak ada duit (bayangkan betapa miskinnya kita waktu itu, untuk duit 10.000 rupiah aja nggak punya) kita rela di bela-belain minjem sana sini. Yang jadi sasaran tentu saja temen-temen yang kelihatan lagi kaya. Kita bisa melihat dari makanannya. Kalo makan di warung Cuma sama tempe dan kerupuk, brarti dia lagi kere juga. Tapi kalo di warung makan dia rela mengambil daging ayam, brarti dia lagi punya duit. He he he. Pokoknya yang penting kita bertiga bisa dugem.
Saking niatnya dugem, sampe-sampe sebelum berangkat patkey minta ”gladi bersih” dulu untuk dance-dance nya (segitunya ya??). pokoknya jangan sampe nanti kita salah gerakan. Ha ha ha ha.... jadilah kita latihan gerakan aneh-aneh. Dari rol depan, rol belakang, kayang dll. Mirip menghadapi lomba goyang dangdut untuk 17 agustusan. Tentu saja pakaian kita saat itu sudah segaul mungkin. Yang sebelumnya aku adalah manusia tanpa assesoris, malem itu aku pake kalung, dan rantai menjuntai dari dompet ke pinggang.saat itu lagi tren memang.
Berangkatlah kita. Masih seperti biasa, kita bertiga satu motor. Dasar kere!!!
Sampai di astro kafe, ternyata sepi.walau tidak sepi-sepi banget. Tapi live music tetep di mainkan. Kita pun duduk dan menikmati live musik yang masih memutar lagu-lagu slow dan mellow. Tiba-tiba muncul dari pintu masuk, tiga orang cewek gaul yang tentu saja cantik dan sexy-sexy. Kebetulan mereka mengambil tempat duduk tak jauh dari kami bertiga duduk. Kami pun jadi blingsatan. Berebut cari perhatian mereka. Ketika music sudah agak enak untuk ber ajojing, kita bertiga turun mendekati stage. Kita bergioyang dengan asyik. Tapi ternyata baru kita sadari bahwa yang joget2 di bawah panggung ternyata hanya kita bertiga dan menjadi tontonan orang-orang se kafe. Tapi karna kepalang tanggung, kita tetep aja goyang. Semua gerakan yang kita sebelumnya latihan kita keluarkan. Tentu dengan tanpa rasa malu-malu.
Mungkin bagi yang melihat kita waktu itu mengira kita bertiga adalah remaja mabuk. Krna gerakan kita jelas-jelas tidak nyambung dengan musik R & B yang di mainkan band di atas panggung. Semula kami berpikir, lama-lama akan ada orang yang mengikuti kami menuju depan panggung untuk bergoyang. Tapi sampai mendekati selesai, nggak ada yang ikut melantai. Semua Cuma menonton aksi kami bertiga. Ada yang ketawa cekikikan, ada yang geleng-geleng kepala, ada yang memalingkan muka, mungkin karna ikut malu.
Akhirnya kami memutuskan untuk pulang, sebelum acara selesai. Biar orang-orang yang dateng tidak melihat wajah kita dalam keadaan terang. Kita sudah terlanjur malu. Apa lagi sama 3 cewek sexy yang duduk dekat kita.
Sial rupanya emang sengaja dateng pada kita. Sesampainya di tempat parkir, motor butut yang membawa kita bertiga mogok. Susah di stater. Bergantian kita nyetarter, tapi nggak jalan-jalan juga. Setelah 15 menit motor itu baru bisa jalan. Maka kita pun segera pulang berboncengan tiga.
Di perempatan lampu merah kita berhenti. Dasar motor lagi nggak bersahabat, maka di situ motor mati lagi. Tiba-tiba di sebelah kami berhenti mobil sedan warna hitam. kaca depan dan belakang terbuka, dan tampaklah penumpang sedan itu. Mereka adalah 3 cewek kece yang tadi di cafe. Mereka cekakak cekikik melihat kami bertiga dengan mandi keringat sedang berusaha menyalakan motor. Dari dalem mobil sedan terdengar celetukan dari cewek-cewek sexy itu :

”kebanyakan goyang sih mas....ha ha ha”

Kompak banget mereka menertawakan kita.

Betapa malu nya kita bertiga. Mulai saat itu, kita jadi agak males-malesan dugem lagi.

bujang

Betapa sulitnya memilih jawaban untuk sebuah pertanyaan yang di ajukan secara berulang-ulang, di mana saja, oleh siapa saja. Pertanyaan yang awalnya aku anggap angin lalu, tapi akhir-akhir ini selalu saja berusaha mengusik pikiranku. Membuatku jadi sering menarik nafas panjang…
Aku selalu manjawab ‘aku akan Nikah!, tapi belum tahu kapan. Kalo bisa sih secepatnya’. Itulah jawaban dari pertanyaan yang aku maksud tadi. Pertanyaan yang muncul ketika aku berkumpul bersama temen-temen sekolah, temen-temen kuliah, temen-temen maen, temen-temen nongkrong yang rata-rata dari mereka sudah menikah. Dan ada beberapa yang sudah punya anak.
Ikhwan Saefulloh. Itu adalah temen terdekatku. Bisa di anggep sebagai tutup ketika aku sebagai tumbu. Dia yang selama hampir 8 tahun slalu bersama ku, baik dalam duka maupun dalam duka (he he he, gak ada suka nya). Setelah bersama-sama kita menyandang status ”bujang” (dalam artian sosiologis, bukan dalam arti biologis) akhirnya pada bulan agustus tahun 2008, dia mempersunting putri cantik untuk menemani hidupnya. Beruntunglah dia, dan semakin terpuruklah diriku. Karna pada waktu itu, bahkan calon tetap pun belum ada.
Sebelumnya sahabat-sahabat sekolahku dulu, Andri, Wahyu, Feri, Vico, secara bergantian mereka melepas masa lajangnya. Juga Nanang Budianto, sahabat yang juga saudara ku bahkan sudah punya bidadari kecil bernama ”Calista Rafa Interisti” yang menurut dia nama itu mempunyai arti ”gadis cantik pemuja Inter Milan” .
Dan yang paling Up Date, sahabatku yang dari dulu selalu seiya sekata, dan yang menamani status ”bujang” ku, akhirnya akan merencanakan pernikahan juga. Dia Hendi Wijanarko. Sering aku panggil dengan sebutan ”patkey” tahu kan, tokoh babi di film ”kera sakti”??. Dia akan menikah bulan Juli nanti. Artinya dalam dua bulan ini, dia sedang sibuk-sibuknya ancang-ancang untuk meninggalkan aku seorang diri dengan status ’bujang’ ku......

Lahir batin aku siap menikah...
Sumpah!!

Berbagai buku tentang pernikahan, tentang bagaimana jadi suami yang ideal sudah aku baca. Semua semata-mata untuk mempersiapkan mental ku. Dan sekarangpun aku sudah sangat-sangat siap menjadi suami ideal dan bertanggung jawab.
Gambaran menjadi suami, jadi imam dari istriku, gambaran tentang wanita hamil, anak kecil, rumah mungil tapi penuh kehangatan, sepertinya tiada henti menari-nari dalam setiap menjelang tidurku. Semua terasa betapa indahnya, betapa lucunya... dan itu akan terjadi beberapa saat nanti. Dalam waktu dekat ini.

Aku melihat diriku kini, betapa manis(narsis banget !!!) dan betapa miris, seorang lelaki berusia hampir 29 tahun, masih tetap aja bujang.

Tapi tenang saja, dalam waktu dekat kawan!! Sebentar lagi, di HP kalian akan muncul SMS,
”bapak ibu ku mau ”ngunduh mantu”, dateng ya, di rumahku!!!”