24 Mei 2010

jujurnya anak kita

Jujur dan spontan. Itulah sifat dasar anak-anak. Aku suka sekali melihat spontanitas anak-anak itu. Kadang lucu, kadang menjengkelkan, kadang membuat kita malu dan lain sebagainya. Tapi pada dasarnya semuanya menyenangkan. Dan apapun itu, aku memang di tuntut untuk selalu sabar menghadapinya.


TK & PLAYGROUP KREATIF PRIMAGAMA tempatku bekerja, merupakan TK yang berbasis Islami. Jadi setiap hari Jum’at merupakan Religion Day. Dari pagi hari, setelah anak-anak berbaris untuk menyanyi lagu Mars TK Primagama dan mengucapkan Ikrar Primakids, anak-anak masuk kelas untuk berdoa. Untuk anak Playgroup akan di kenalkan dengan doa-doa harian dan hadis-hadis pendek. Dalam belajar sholat untuk anak Playgroup hanya sebatas gerakan, belum dengan doa-doanya dan untuk wudhu nya belum menggunakan air sungguhan, hanya pura-pura saja. Sedangkan untuk anak TK, kita sudah ajarkan wudhu dengan air, dan gerakan sholat di sertai doanya.(Untuk gerakan dan bacaan sholat sendiri, sebagai acuan kami adalah buku ”Sifat Sholat Nabi” dari Al-Imam Al- Albani)


Pada suatu hari jum’at, aku sudah lupa tepatnya kapan, tapi kira-kira sekitar dua minggu yang lalu, seusai belajar sholat, seperti biasa aku ajarkan mereka untuk membaca istighfar, kemudian mengucap tahlil, tasbih, dan tahmid. Setelah itu aku menyuruh mereka berdoa kepada Allah. Doa apa aja. Aku ajarkan mereka untuk memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah.


Lucu-lucu doa mereka. Ada yang pengen pinter, ada yang minta sama Allah agar nanti mamanya mau membelikan mobil-mobilan. Di sini memang aku ajarkan untuk meminta segala seuatu hanya sama Allah. Tapi bukan untuk meminta barang. Bukan berdoa ” Ya Allah, berilah aku maninan” tapi di sini kalo anak-anak pengen mainan, aku ajarkan mereka berdoa ”Ya Allah, semoga mamaku mau membelikan aku mainan”. Aku selalu berkata, kalo mintanya sungguh-sungguh, Insya Allah pasti akan di beri. Lucu-lucu sekali ekspresi mereka dalam berdoa dan ingin menunjukkan kesungguh-sungguhanya.


Setelah selesai berdoa, seperti biasanya, aku adakan tanya jawab seputar ibadah. Misalnya ”siapa yang di rumah suka ikut mamanya atau papanya sholat?” mereka pada berebut bilang ”aku....!! aku..!! ” tapi tentu saja ada yang diam saja. Dan aku tanya satu-satu untuk mereka yang diam. dia menjawab “ aku nggak pernah sholat sama mama-papa, aku sholatnya sama ayah dan bunda. Aku nggak punya mama dan papa, tapi punya nya ayah dan bunda” he he he, anak-anak memang selalu begitu. Maka, pertanyaanku pun emang harus di ulang...”siapa yang di rumah suka sholat bareng mama-papa, ayah-bunda, atau ibu-bapak???” dan mereka hampir semuanya mengacungkan jari. Ada satu anak yang tidak mengacungkan jari. Akupun bertanya kenapa?. Jawabnya ” mama papa nggak pernah ngajakin aku sholat” aku hanya senyum dan berkata ”besok minta di ajak sholat ya....” muridku pun mengangguk semangat. Tiba-tiba ada yang nyeletuk ” aku kalo sholat cuma sama papa. Mamaku nggak pernah sholat. Kalo pagi-pagi, aku sama papa sholat Subuh. Mama nggak. Mamaku bangunnya siang sih” sekali lagi aku hanya tersenyum manis.


Nah, itulah spontanitas dan kejujuran anak-anak yang aku maksud tadi. Coba kita bayangkan kalo itu anak kita. Kita nggak pernah sholat, dan anak-anak kita cerita ke gurunya di sekolah kalo mamanya atau papanya pemalas. Nggak pernah sholat, bahkan bangunnya siang. Malu nggak? He he he...


Itulah makanya, buat mama-mama, bunda-bunda, ayah-ayah, papa-papa, bapak-bapak dan ibu-ibu semua, kita tidak boleh hanya mengandalkan bapak dan ibu guru di sekolah untuk mendidik anak kita, apalagi hal-hal yang sifatnya prinsip seperti sholat, dan baca Qur’an. Kita harus turun tangan secara langsung, yaitu dengan cara memberi contoh. Anak-anak akan lebih mudah belajar dengan cara mengikuti apa yang setiap hari mereka saksikan dan mereka lakukan.

Bagaimana anak-anak akan terbiasa sholat, kalo kita tidak pernah sholat?


-24052010-