31 Juli 2009
belajar dari penjual es teh
Seorang laki-laki tengah duduk sendirian di pojok alun-alun kota Purwokerto yang nyaman. Di tangannya sebuah buku kecil, dan dia tampak sedang asik menikmati isinya. Rambutnya hitam agak pendek. Berkacamata minus, dan kalo tersenyum manis. Manis banget malah.... Udah bisa di tebak, siapa lagi orang manis itu kalo bukan Lulut Yekti Adi. Nick name nya Adi Darwies. Ya itu aku sendiri.he he he(Manis temenan mbok???)
Sore itu aku emang males banget untuk langsung pulang kost ataupun seperti hari-hari biasanya, nongkrong di warnet. Sore itu adem. Gak begitu panas dan tidak juga mendung. Jadi aku pengen banget melewatkan sore ini dengan duduk-duduk di Alun-alun. Walaupun Cuma sendirian. Aku emang Jomblo manis...he he he(iklan-Red). Seperti biasa, alun-alun kota purwokerto kalo sore hari cerah seperti ini mendadak jadi Playgroup & TK terluas di dunia. Alias jadi tempat momong. Ada bapak yang lagi ”momong” anaknya, ibu yang lagi ”momong” bapaknya, ada anak yang lagi ”momong” neneknya, dan ada nenek yang lagi momong selingkuhanya. (lho!!)
Aku suka banget mengamati kegiatan mereka semua yang ada di alun-alun. Di sudut utara, bawah pohon beringin ada seorang pemuda yang tengah susah payah merayu gebetanya. Si cewek tampak cuek aja, walo aku juga tahu, cewek nya sebenernya juga mau. Cuma entah kenapa semua cewek musti berlagak jual mahal??. Ada anak-anak SMA yang bergerombol sambil nyanyi-nyanyi dengan fals nya. Ada juga anak SMA yang nyamar jadi anak kuliahan. Biar dapet cewek kuliahan maksudnya. Hal itu mengingatkanku pada seorang teman. Dulu waktu masih SMA aku punya teman yang suka banget bergaya ala Mahasiswa. Jadi kalo pulang sekolah, dia suka ganti kaos dan celana jeans, biar kalo di jalan orang-orang ngeliatnya dia adalan anak kuliahan. Terobsesi sekali dia jadi seorang mahasiswa, tapi apa daya umur belum nyampe. Namanya Tono. Suatu hari Tono pengen mengunjungi kakaknya yang seorang mahasiswa di UNS (Universitas Neng Solo). Dari Boyolali, diapun naek bis. Seperti biasa, dia pun bergaya ala mahasiswa. Kaos berkerah, celana jins dan sepatu kets.
Tono duduk di kursi tengah yang sebelahnya kosong. Eh sesampainya di daerah Pabelan,depan Kampus UMS (Universitas Meh Solo)he he he, tiba-tiba ada cewek cantik duduk di sebelahnya. Tono langsung deg-gean. Di liriknya cewek itu. ”ohhh...mahasiswi yang cantik” pikirnya. Dia pun segera mengatur strategi untuk berkenalan. Seperti biasa, untuk membuka pembicaraan, Tono pura-pura menanyakan ”jam berapa sekarang” (klasik banget...). tapi kebetulan ceweknya itu type yang gaul, akhirnya pun mereka ngobrol. Cewek itu ternyata mahasiswi UMS. Dan Tono pun mengaku mahasiswa UNS. Semua informasi dari kakaknya tentang perkuliahan, Tono memang menguasai. Dari mulai jurusannya, fakultasnya, tempat kost nya dia tahu. Itu lebih meyakinkan cewek itu kalo Tono memang seorang Mahasiswa. Sampai suatu saat di tengah obrolan, cewek itu bertanya ” Semester kemaren IP nya berapa??”. nah loh, Tono terdiam. Dia pernah dengar tentang IP,tahu kalo IP itu seperti nilai. Tapi dia gak paham IP itu apa. Tono jadi berpikir, mungkin IP sama aja rata-rata dalam nilai rapot nya. Dia berpikir kalo bilang IP nya 8, tar di kira kepinteran, tapi kalo bilang IP nya 6, dia gengsi dong. Maka dia jawab aja kalo IP nya 7. dan si cewekpun memandangnya dengan aneh....Tono bingung dan wajahnyapun memerah (DZIGG!!!)
Di sini, di alun-alun ini aku masih sendiri. Merenungi hari-hari sepi, aku tanpamu...he he he(malah nyanyi). Aku masih baca buku Novel berjudul Test Pack yang aku pinjem dari temenku. Dan aku juga masih mengamati orang-orang di sekitarku. Aku lihat seorang penjual Es Teh mendatangiku. Dia masih remaja. Berumur sekitar 12 tahun. Karena haus, akupun beli es teh itu. Sambil tersenyum, dia kasih Es Teh nya ke aku, dan aku kasih 2 lembar ribuan ke dia. Tiba-tiba dia bilang ”kebanyakan itu mas, seribu saja”. Dan aku pun tersentak kaget, aku terima kembali ribuan itu, penjual Es itupun berlalu.
Aku kaget karena di jaman sulit seperti ini, masih ada anak se jujur dia. Masih ada anak yang menolak rejeki yang bukan hak nya. Hal itu yang benar-benar membuat aku jadi malu pada diriku sendiri. Aku malu karena aku kurang bersyukur. Kadang kita selalu merasa kurang dengan apa yang udah kita dapet. Bahkan kadang tanpa malu kita meminta rejeki yang bukan hak kita. Kita selalu ngerasa gaji kita terlalu kecil, tapi kita tidak pernah melihat dan berkaca pada orang-orang yang jauh di bawah kita.
Suatu sore di sudut kota Purwokerto,...
Seorang Lulut Yekti Adi belajar hidup dari seorang penjual es teh....
21 Juli 2009
Penyakitku…
Menurut buku yang pernah aku baca, lupa sendiri adalah penyakit yang secara fisiknya adalah “kerusakan saraf-saraf otak yang berfungsi sebagai penyimpan data”. Bisa di ibaratkan, kalo Hard disc sebuah komputer sudah agak terganggu maka waktu kita memanggil program atau data akan lama. Aku juga pernah baca, entah bener atau tidak, kalo lupa itu sendiri disebabkan kita sering berbuat dosa. Terutama sering bohong. Nah loh.....dari situ aku jadi sadar, mungkin karna dosa ku yang sudah segunung, makanya aku jadi pelupa...hmmm...semoga Allah masih mau mengampuni. Amiin.... Tapi bener juga sih, kalo sering berbuat dosa dan sering bohong emang jadi pelupa dan cenderung tidak pinter. (mo ngomong goblok ga enak ajah). Itu terbukti kalo para Hafidz (penghapal Al-Quran) itu lebih sedikit bohong dan dosa nya, jadi mereka lebih mudah mengingat semuanya. Tapi semua hanya Allah yang tahu.
Cerita tentang Lupa, banyak sekali yang bikin aku senyum-senyum sendiri kalo mengingatnya. Kejadianya baru tadi pagi. Seperti biasa, tiap Minggu aku pulang ke kampung halamanku tercinta. Banjarnegara. Kebetulan kemaren baru saja long weekend. Minggu dan Senin libur. Pagi tadi aku bangun jam 04.30. Setelah sholat Subuh, cuci muka dan gosok gigi, aku pun nyiapin tas ku. Setelah aku rasa siap semua, dan tak lupa minum susu cokelat buatan Ibu ku, akupun mengeluarkan motor ”soulmate” ku. Sambil berpamitan ke ibu dan bapak, ibu tanya, ”Masih ada yang ketinggalan nggak? HP? Chas? Jam tangan? Celana dalam?” . aku diam dan mengingat semuanya. Aku rasa udah semuanya. Setelah aku cium tangan Ibu & Bapakku, akupun mulai meninggalkan mereka menuju Purwokerto. Pagi itu dingin. Dingin banget malah. Tapi demi tugas dan kewajiban, aku brangkat tepat jam 05.00. setelah jalan kira-kira 5 menit, sampai di depan pom bensin, aku baru ngerasa ada keanehan. Pandanganku gak jelas. Dan ternyata ”Masya Allah...” kaca mataku ketinggalan.he he he, akupun balik lagi ke rumah buat ngambil kaca mata.
Aneh ya, kacamata yang sangat krusial aja bisa lupa. Aku pernah berpikir kalo anggota tubuhku tidak ”built in” atau misalkan anggota tubuhku bisa di copotin kayaknya tiap hari ada aja anggota tubuhku yang ketinggalan. He he he, bayangin aja, misalkan ”perabot laki-laki” ku ketinggalan di Banjarnegara, padahal aku dah sampai di Purwokerto, pas mau pipis baru ketahuan. Ha ha ha....eh pas aku ambil ke Banjarnegara, ternyata udah lagi buat mainan kucing.....
Udah lebih dari 5 buah flash disc ku ilang di warnet dan 3 buah handphone ketinggalan di mana-mana. Semua akibat kecerobohanku dan penyakit lupa ku. Tapi ada untungnya juga, kalo aku punya masalah yang berat, aku akan dengan mudah melupakannya....atau kalo di tagih hutang, bilang aja aku lupa.. he he he
Oh iya, Ada satu cerita lagi. Tapi aku lupa ceritanya..he he he
17 Juli 2009
sebuah renungan (dari blog seorang teman)
Si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.
Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelah juga?".
Si bapak tua menjawab, "Supaya siapa pun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya".
05 Juli 2009
antara tangis dan tawa
Aku tidak ingin membahas masalah Wiro Sableng itu.di sini. Aku pengen bicara masalah duka dan suka adalah satu bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan. Bahagia dan sedih sangat tipis batasnya. Kadang sekarang kita tertawa terbahak-bahak, tapi sedetik kemudian kita menangis tersedu-sedu. Itulah sebabnya Rosullullah SAW mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dalam mengekspresikan baik itu suka maupun duka. Kita juga diajarkan untuk selalu ikhlas, karna Duka yang kita terima belum tentu itu buruk buat kita. Semua hal yang terjadi di dunia ini tidak ada satupun yang kebetulan. Semua sudah ada yang mengatur dengan amat sangat sempurna. Jadi, semua yang terjadi, kita harus Ikhlas dan bisa bersyukur, karena bisa saja kesedihan, dalam waktu singkat berubah jadi kebahagiaan. Seperti ceritaku ini....
Aku lahir dari keluarga yang sederhana. Sederhana banget malah. Hidup jauh dari peradaban kota, di desa yang permai nan damai. Bapakku hanya seorang Rektor di Sekolah Dasar, (he he he) dan ibuku juga Dosen Sekolah Dasar. Mereka berdua type orang-orang pengabdi sejati pada negara. Bahkan ketika aku SD, aku tahu bapakku dengan gaji yang cuma ratusan ribu, tapi tetep semangat dalam mengajar murid-muridnya.
Seperti anak desa lainya, mainanku waktu SD juga sederhana. Gak ada Play Station, gak ada Video Game, gak ada game online. Adanya cuma main di pinggir kali, di sawah-sawah nyari belut, engklek, egrang, layangan dll. (he he he kampungan banget ya??)
Dulu kegiatanku sepulang sekolah SD (waktu aku sekitar kelas 4) adalah “ngarit”. Atau bahasa Indonesianya itu nyari rumput buat makan ternak. Waktu itu aku punya 4 ekor kambing. 1 cowok dan 3 cewek. Yang cowok amat gagah. Kalo berbentuk manusia, bisa di ibaratkan dengan Tora Sudiro. Dengan jenggotnya yang keren, dan badanya yang tegap. Yang cewek juga cantik-cantik. Mieke Amalia aja lewat. Ha ha ha.
Kambing yang jantan, si Tora Sudiro itu punya napsu sex yang kelewat besar untuk ukuran seekor kambing. Awalnya kambing bapakku cuma dua. Si Tora ama ceweknya yang satu itu. Dari perkawinannya, lahirlah 2 anak cewek. Tapi setelah besar, si dua anak itu dikawin juga. Buset dah.!! Gak bisa aku bayangin. Untung di dunia kambing gak ada Komnas HAK (Hak Asasi Kambing).
Suatu hari, Kambing yang cewek hamil akibat perbuatan Ayahnya (si Tora itu) itu. Aku seneng banget demi melihat kambingku hamil. Setelah beberapa bulan, di pagi-pagi buta dari gua hantu (lho!!) kambing itu melahirkan juga. Dan cewek lagi anaknya. Aku seneng banget. Anaknya berwarna hitam pekat. Kayak aku. he he he, Cuma kalo aku itu hitam manies!!. Dan anak kambing itu aku beri nama Mei. Karna lahirnya bulan Mei.
Hari-hariku jadi lebih menyenangkan karna ada Mei. Kalo pulang sekolah, aku ajak Mei jalan-jalan ke kebun. Sambil aku nyari rumput buat kambing-kambing yang lain, Mei dengan setianya nungguin aku. Dia suka banget lari-lari berjingkrak-jingkrak kesana kemari.
Aku punya tetangga yang juga punya kambing kecil seusia Mei. Namanya Anto. (itu nama orangnya, bukan nama kambingnya). Dan nama kambingnya bernama Marcell. He he he, gak ding. Tapi anggep aja gitu. Anto juga suka banget ngajak Marcell jalan-jalan.
Suatu siang, sepulang sekolah, aku dan Anto ketemu di jalan dan menceritakan kehebatan kambing kita masing-masing. Saking serunya kita berdebat hingga kitapun hampir berantem. Tapi gak jadi berantem karna akhirnya kita buat kesepakatan. Besok siang, kita berdua akan menandingkan antara Mei dan Marcell. Lomba lari, itulah yang kita pilih. Sebagai Alat taruhan adalah kelereng. Anto punya Kelereng sebanyak 1 toples. Dan apabila Mei bisa ngalahin Marcell, maka Kelereng itu jadi milikku. Wow keren.
Sesampainya di rumah, tanpa ganti baju, aku ke kandang. Aku liat Mei lagi asyik becanda ama papanya. Tora Sudiro.ha ha ha. Kayaknya sih lagi maen tebak-tebakan. Begini tebakanya :” Daun apa yang bolong tengahnya??” tanya Mei pada bokapnya. Bokapnya diem mikir. Trus geleng-gelang kepala. Mei pun tersenyum sombong, dan memberi tahu jawabanya, ” DAUNat”, he he he. Karena merasa menang, Mei pun melemparkan tebakan lanjutan : ” Trus kalo Sofa yang bolong tengahnya apa yah?”. Ayahnya kembali geleng-geleng kepala gak ngerti. Si Mei semakin sombong lagi, dengan bangganya dia menjawab, ”SOFAsti Donat lah”. Ayahnya bengong. Tapi Mei malah melontarkan tebakan lagi, ” kalo Katak yang bolong tengahnya apa yah?”. Ayahnya yang emang bego, cuma bisa bengong dan geleng-geleng kepala. ”Jawabannya, KATAKan sekali lagi DONAT!!” Seakan tak mau kecolongan, Mei ngasih pertanyaan pamungkasnya, ”Orang apa yang bolong tengahnya?” Tanpa memberi kesempatan ayahnya berpikir, Mei langsung bilang, ”ORANG dibilang donat, juga!!”. Setelah itu dia ngeloyor pergi sambil tertawa penuh kemenangan. He he he.
Aku senyum-senyum aja melihat ayah dan anak saling becanda. Aku deketin Mei dan aku ajak dia ke sebelah rumah yang ada padang rumputnya. Di situ aku ajari dia berlari-lari untuk mempersiapkan lomba melawan si Marcell, kambing kecilnya si Anto besok. Jadi hari ini istilahnya Gradi Bersih nya. Hmmm aya-aya wae....
Sampe sore hari, ba’da Ashar aku baru pulang. Ibuku ngomel-ngomel gak karuan karna aku belum ganti baju sekolah udah mainan ama kambing. Tapi aku cuek aja, aku langsung ambil anduk dan gayung berisi sabun dan sikat gigi, aku berlari ke sungai Serayu untuk mandi. Kebetulan rumahku deket dengan sungai Serayu yang bening itu.
Malemnya aku gak bisa tidur, membayangkan moment besok. Kalo Mei menang, aku dapet kelereng. Jadi gak perlu ngumpulin duit lama-lama buat beli kelereng. Satu toples kelereng, bayangin itu kawan! Nggak sabar rasanya nunggu esok hari.
Di sekolah, konsentrasiku buyar. Pak Rahmadi yang sedang ngajar pelajaran Pendidikan Agama Islam, tidak aku gubris sama sekali. Pikiranku hanya tertuju pada kambing kecilku. Sampe akhirnya bel pulang sekolahpun berbunyi. Tanpa memperdulikan temen-temenku, aku langsung lari pulang. Hasrat menandingkan Mei amat sangat kuat di hatiku. Aku amat sangat yakin Mei akan memenangkan pertandingan ini, dan aku mendapatkan se toples kelereng. Aku yakin itu karena aku tahu Marcell itu kambing cemen. Gak begitu pintar berlari.
Sampe di rumah, ternyata bapak sudah ada di rumah. Dan sedang ada 2 orang tamu. Perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak. Benar saja, ketika aku pergi ke kandang, aku lihat 2 orang itu sedang mengeluarkan 5 ekor kambingku dari kandangnya. Aku tanyakan itu ke ibu. Dengan tenang ibu mengatakan kalo kambingnya mau di jual semuanya. Meledaklah tangisku. Aku tidak mau tahu alasannya yang jelas aku sedih banget. Kecewa sekali. Aku malu sama Anto. Aku tidak jadi punya setoples kelereng!!! Akupun masuk kamar dan mengunci pintu. Di dalem kamar aku nangis sejadi-jadinya. Aku sedih harus berpisah dengan Mei, tora sudiro, dan kambing lainya. Aku nangis sampai suaraku habis.
Aku tidak tahu sudah berapa jam aku mengurung diri di dalam kamar. Hatiku sedih banget menangisi kambingku yang dijual secara semena-mena sama bapakku. Kenapa bapak tidak konfirmasi dulu ke aku, selaku pemberi makan mereka?. Lama aku dikamar, aku merasa lapar juga. Tapi mau keluar males banget. Gengsi dong. Tapi tiba-tiba dengan lembut ibuku mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil-manggil aku. Penuh rayuan beliau menyuruh aku membukakan pintu. Karena sayang ibuku, akhirnya aku buka pintunya. Ibuku langsung memelukku. Di bisikkannnya di telingaku, ” Liat tuh! di depan ada apa?”. Aku bingung. Nggak tahu maksud ibuku. Trus aku digandeng tangannya menuju teras rumah.
Aku kaget, di depan rumah telah berdiri dengan gagah sebuah sepeda BMX warna merah. Aku melihat ibu, dan ibu senyum dengan indahnya. Aku lihat bapak juga senyum-senyum. Akupun segera memeluk bapakku. Aku seneng banget. Gembira bukan kepalang. Aku segera mencoba sepeda baruku. Sambil tertawa riang. Dan Mei pun terlupa.
Alangkah tipisnya batas antara sedih dan bahagia....